SEMARANG- Tingginya peredaran olahan daging anjing di Jawa Tengah didominasi dari Solo Raya. Data dari Dog Meet Free Indonesia (DMFI) menyebutkan seratus lebih warung olahan anjing berada di sana. Di Kota Solo saja ada 82 warung.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap bulan sebanyak 13.700 ekor anjing dibantai di Solo. Dengan pemasok utamanya adalah Jawa Barat yang notabene belum terbebas dari rabies.
Risiko konsumsi anjing bukan hanya mengancam yang mengkonsumsinya tapi juga yang mematikan. Dan kemungkinan penyakit yang ditimbulkannya adalah rabies, penyakit kulit ringworm dan kecacingan.
“Jangan makan sengsu atau tongseng asu (anjing), ada tongseng yang lebih enak, tongseng sapi kambing ayam bisa. Itu juga untuk kesehatan manusia juga. Anjing untuk piaraan saja,” kata Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di sela-sela kegiatan World Rabies Day 2019 di Taman Indonesia Kaya Minggu (29/09/2019).
Untuk yang memelihara anjing piaraan, kata Ganjar mesti rajin merawat. Membawa ke dokter hewan untuk diberi vaksi dan memberikan makanan yang sehat. Bahkan saat keliling stand di acara tersebut, ada anjing yang biaya makannya lebih mahal dibanding juragannya.
“Itu anjingnya satu hari biaya makannya Rp 55 ribu, lebih mahal dibanding yang punya,” kata Ganjar sambil berkelakar.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Lalu M Syafriadi mengatakan, di Jawa Tengah jumlah Hewan Pembawa Rabies mencapai ratusan ribu ekor. Untuk anjing ada 74.801 ekor, kucing sebanyak 275.086 ekor, dan kera sebanyak 2.525.
“Padahal, kami hanya menyediakan 4.800, dan di world Rabies Day ini hanya memberikan 500 vaksin,” katanya.(redaksi)