PATI – Ruang digital saat ini menjadi dunia baru yang berusaha menyerap aktivitas manusia dari realitas konkret ke dunia maya, bahkan kini muncul hipper-realita. Hal ini tanpa disadari mempengaruhi aktivitas kemanusiaan kita. Baik dengan diri sendiri maupun manusia lain di sekitar kita. Terutama ketika bermedia sosial.
”Kecepatan dan kebebasan yang ditawarkan seringkali membuat otomatisasi, sehingga menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan,” tutur redaktur Langgar.co Abdul Rohim saat menjadi pembicara pada webinar literasi digital bertema ”Pilah Pilih Informasi di Ruang Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Senin (13/9/2021).
Abdul Rohim mengatakan, ada perubahan interaksi sosial di ruang digital. Perubahan itu meliputi: hilangnya rasa kemanusiaan, terpolarisasi masyarakat menjadi manusia individu (kelompok), eksploitasi keinginan menyebabkan hilangnya akal sehat dan hati nurani, interaksi yang serba cepat hingga menyebabkan hilangnya kedalaman, maupun banjir informasi menyebabkan sulitnya membedakan antara fakta dan hoaks, kritik, aspirasi maupun apresiasi sosial.
”Sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan dunia digital, kita harus bisa memosisikan diri, kapan saatnya kita berinteraksi di media sosial, kapan pula waktunya bersentuhan secara langsung dengan realitas nyata,” ungkap Abdul Rohim kepada 270-an partisipan webinar.
Lalu, bagaimana bersikap di ruang digital? Transformasi era digital menjadi fakta baru yang tak mungkin bisa kita hindarkan. Tapi yang perlu kita renungkan adalah bagaimana caranya ruang digital ini tidak mereduksi nilai-nilai manusia dalam berinteraksi sosial. Terutama bersikap bijak, tanggung jawab di tengah ruang kebebasan di media sosial.
”Bijak bermedia sosial merupakan sikap pribadi hasil olah budi manusia di dunia real yang digeret masuk di dunia digital. Karena bagaimana pun aktor utama dari dunia digital adalah manusia, maka kita harus senantiasa bisa memanusiakan manusia di mana pun berada,” tutur Abdul Rohim.
Transformasi digital, lanjut Abdul Rohim, menuntut kita untuk selalu berbudaya, terutama ketika berinteraksi dengan manusia lain yang memegang otoritas atas ruang digital dengan selalu berorientasi kepada nilai-nilai baik manusia sebagai tujuannya. ”Akhirnya, pilah pilih informasi di ruang digital adalah kunci bijak bermedia sosial melalui pemahaman realitas digital secara utuh,” pungkas Abdul Rohim.
Berikutnya, pemimpin redaksi media online Swarakampus.com Krisno Wibowo menyatakan, untuk memilih informasi di ruang digital perlu sikap kritis, cek dan ricek fakta, cermati objektivitas berita, perhatikan aspek keberimbangan, bandingkan ke media mainstream kredibel.
Krisno Wibowo mengatakan, kini ruang digital menjadi sebuah ruang paling lengkap menyediakan informasi. Apa pun informasi yang dibutuhkan dengan mudah dapat ditemukan. Bahkan, informasi hoaks, ujaran kebencian, sampai radikalisme, tersaji dengan sedemikian rupa. Untuk itu, harus berhati-hati dalam memilah informasi di dunia internet.
”Sebagai pengguna media sosial, kita juga harus bisa memilih, menyerap, dan menyebarkan informasi di ruang digital dengan baik dan benar. Untuk itu, perlu dikedepankan aspek moral dan aspek kesopanan agar budaya saling menghargai sesama pengguna media digital tetap terjaga,” tutup Krisno.
Webinar yang dipandu oleh moderator Thommy Rumahorbo itu juga menghadirkan narasumber Aditia Purnomo (Penulis dan Sosial Media Planner), Siti Aminataz Zuhriya (Editor dan Penulis Jurnal), serta Mila Rosinta (Seniman Tari dan Founder Mila Art Dance School) selaku key opinion leader. (*)