KUDUS – Secara tidak sadar, budaya digital yang telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari memungkinkan penggunanya menjadi kecanduan alih-alih menjadi produktif. Fenomena ini perlu disikapi dengan cerdas oleh para talenta digital. Eko Nuryono, seorang pemerhati dan pegiat media digital menyebutkan, potensi penggunaan internet di Indonesia cukup besar yakni pada peringkat empat dunia. Potensi tersebut jika dikonversikan menjadi hal positif akan memberikan hasil yang luar biasa.
Dalam konteks budaya digital, kata Eko, perubahan perilaku masyarakat yang banyak menggunakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan dan aktivitas perlu dibangun kesadaran agar talenta digital tidak hanya menjadi pengguna yang pasif, melainkan juga pengguna aktif.
“Yang diperlukan adalah mengubah mindset menggunakan platform digital dengan tidak hanya menjadi penikmat atau distributor konten saja, tetapi berpartisipasi menjadi kreator. Namun, dengan kesadaran untuk menggempur dunia digital dengan konten positif,” ujar Eko Nuryono dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis (16/9/2021).
Selain mengubah pola pikir, lanjut Eko, talenta digital juga perlu memahami sistem algoritma internet. Algoritma internet menyajikan konten serupa sesuai aktivitas digital. Sistem ini akan menimbulkan perilaku FOMO atau fear of missing out, pengguna merasa takut ketinggalan hal-hal yang disukai di internet. Kualitas ini perlu diubah agar tidak timbul kecanduan terhadap internet dan teknologi.
“Agar tidak terjebak pada konten yang kurang positif, kita harus membuat media sosial kita berkualitas dengan memblokir akun yang membuat kita tidak nyaman dan cemas. Serta, unfollow konten yang memberikan konten negatif. Ganti pola tersebut dengan mengikuti akun dan konten yang memberi dampak positif, membuat nyaman, aman, dan menyenangkan,” imbuhnya.
Dari sudut pandang berbeda, blogger Ragil Triatmojo mengatakan, talenta digital dapat membangun perspektif baru dalam menggunakan dan memanfaatkan internet. Perspektif baru itu adalah memanfaatkan “kecanduan” menjadi hal produktif.
Menurut Ragil, sebagian besar pengguna teknologi dan internet mungkin mengalami nomophonia, masalah kejiwaan yang ditandai dengan terlalu seringnya seseorang memeriksa gawai. Meski demikian, tidak semua mengalami hal tersebut karena kebutuhan internet setiap orang berbeda-beda.
“Internet bisa menjadi ladang rezeki, ketika mampu mengubah kebiasaan konsumtif menjadi hal yang produktif. Jika sebelumnya hanya menjadi penikmat konten, kita bisa mengubah kebiasaan tersebut dengan mulai mengamati konten, kemudian memproduksi konten. Jika senang bermain di media sosial, bisa mulai membangun self-branding, sehingga bisa menjadi influencer atau endorser,” jelas Ragil dalam diskusi bertema “Kecanduan Internet: Ubah Konsumtif Menjadi Produktif” itu.
Sementara, untuk berpartisipasi mengisi ruang digital dengan konten positif, talenta digital bisa memulainya dari kegiatan sehari-hari. Misalnya, berbagi cara penyelesaian soal materi pelajaran tertentu, trik fotografi, tutorial memasak atau membuat kerajinan dan sebagainya. Kreasikan hal tersebut dengan menerapkan konsep ATM, amati tiru modifikasi.
“Menjadi produktif pun tidak perlu mahal, karena membuat konten dapat dilakukan hanya dengan memanfaatkan tools yang tersedia secara gratis. Misalnya Canva dan Snapseed untuk membuat konten foto dan grafis, VlogIt dan Kine Master untuk konten berupa video,” lanjutnya.
Namun dalam membuat konten, lanjut Ragil, hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga privasi. Selalu ingat batasan privasi yang aman, tidak terlalu mengekspos hal yang sifatnya pribadi dan privat. Menghargai privasi orang lain, termasuk dalam berkomentar dan ketika menggunakan karya orang lain dengan memberikan kredit atau sumber. Serta kroscek hasil konten sebelum diunggah dan dibagikan.
Diskusi virtual yang dimoderatori oleh entertainer Bobby Aulia ini juga diisi oleh narasumber lain: Jota Eko Hapsoro (CEO Jogjania.com), Aina Masrurin (media planner Ceritasantri.id), serta Niya Kurniawan (mom influencer) yang menjadi key opinion leader dalam diskusi.
Kegiatan webinar Kominfo itu sendiri merupakan salah satu bagian dari Program Nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang diselenggarakan secara serentak di berbagai kabupaten/kota. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kecakapan digital masyarakat,di antaranya dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (*)