KEBUMEN – Meskipun pengguna media digital yang mengakses berbagai platform terus bertambah hingga ratusan juta orang, namun belum sebanding dengan banyaknya pangguna yang bisa memanfaatkannya secara optimal untuk memacu produktivitas.
Padahal, dari segi durasi waktu, penggunaan media digital di Indonesia khususnya platform media sosial, nyaris atau bahkan sudah melebihi jam kerja umumnya seseorang di sebuah perusahaan, yakni delapan jam sehari.
“Sudah waktunya memanfaatkan media digital bukan sekadar untuk mencari popularitas, tetapi bagaimana meningkatkan kapasitas, integritas, dan otoritas keilmuan atau keahlian serta track record yang baik dan keteladanan,” ujar CEO Jaring Pasar Nusantara Muhammad Achadi saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Menjadi Pelopor Masyarakat Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (16/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Achadi menuturkan, media digital jika dipergunakan untuk mem-branding citra diri, hendaknya bisa membuat pengguna hadir dengan bijaksana. “Tampil sebagai good influencer, tampil sebagai pelopor dan inspirator di jagat sosial media yang menyebarkan semangat positif dan produktif,” tegas Achadi.
Sementara itu, Brand Strategy for Entrepreneur Edy SR dalam paparannya membuka satu laporan dari lembaga We Are Social dan HootSuite yang menyebut pada 2020 orang Indonesia paling lama internetan di urutan ke-8 di dunia. Pengguna internet yang disurvei ini usia 16-64 tahun. Sedangkan peringkat pertama negara dengan penduduk terlama internetan tetap Filipina.
“Lama rata-rata waktu Indonesia mengakses internet melalui beragam perangkat sebesar 7 jam 59 menit atau setara 8 jam dalam sehari. Pertanyaannya, produktivitas seperti apa yang sudah kita lakukan dengan durasi yang sama ketika kita bekerja di sebuah perusahaan itu?” tanya Edy.
Edy pun merinci lama rata-rata waktu penggunaan internet dari tingkat teratas dunia, yakni dari Filipina 08 (jam) 45 (menit), Afrika Selatan 08.22, Brasil 08.12, Colombia 08.30, Thailand 08.25, Argentina 08.17, Meksiko 08.11, Indonesia 07.59, Malaysia 07.47, Taiwan 07.41.
Edy berpendapat, durasi warga berinternet yang setara dengan jam kerja dalam sehari itu perlu dimanfaatkan untuk memperkaya gagasan dan menjawab peluang kebutuhan manusia yang terus bertambah.
“Salah satunya, menciptakan peluang ekonomi dari pasar yang ada dalam berbagai platform media digital itu. Dimulai dengan memahami karakter konten yang sesuai dan pahami profil pengguna di masing-masing media sosial,” ujarnya.
Media sosial, ujar Edy, menjadi pasar potensial untuk meningkatkan produktivitas. Misalnya dengan penawaran berbagai barang keperluan pengguna hingga jasa yang bermanfaat. “Jangan remehkan pasar di ruang digital, karena mereka terus terhubung, tinggal kita optimal memanfaatkan setiap peluang yang ada,” tegasnya.
Edy pun merunut laporan yang sama, bahwa masyarakat Indonesia menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengakses media sosial dari waktu ke waktu. WhatsApp, misalnya, rerata masih digunakan pengguna selama 25,9 jam per bulan oleh setiap pengguna pada 2019. Namun pada 2020 sudah meningkat menjadi 30,8 jam per bulan pada 2020.
Tren serupa juga terjadi pada Facebook dan Instagram, yang masing-masing menjadi 17 jam per bulan. Kemudian, setiap pengguna menggunakan Twitter selama 8,1 jam per bulan dari sebelumnya 7,6 jam per bulan. “Dulu, media sosial hanya dianggap main-main, sekarang paradigma itu harus diubah, bahwa media sosial menjadi tempat mengembangkan kreativitas dan produktivitas selaku minat masing-masing,” tegasnya.
Webinar yang dimoderatori Zacky Ahmad ini juga menghadirkan narasumber: dosen Universitas Negeri Yogyakarta Gilang Jiwana Adikara, pengajar Universitas Maarif Nahdlatul Ulama Kebumen (UMNU) Kebumen Mustolih, serta Putri Sabrina selaku key opinion leader. (*)