BREBES – Sebelum memilah dan memilih informasi di ruang digital, ada baiknya kita mengenal sistem dan cara kerja sebuah mesin pencarian. Ada beberapa langkah ketika mesin pencarian informasi yang kita akses menelusuri triliunan sumber informasi di internet. Penelusuran tersebut, tentu mengacu pada kata kunci yang diketikkan pada mesin pencarian informasi.
”Mesin pencarian informasi memiliki tiga tahapan kerja sebelum menyajikan informasi yang kita butuhkan,” kata dosen Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Ryan Sugiarto, saat menjadi pembicara pada webinar literasi digital bertema ”Pilah Pilih Informasi di Ruang Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Kamis (16/9/2021).
Pertama, ketika kita masukkan kata kunci mesin akan melakukan penelusuran (crawling), kedua mesin akan melakukan pengindeksan (indexing) atau pemilahan data dan informasi yang relevan dengan
kata kunci yang kita ketikkan, dan ketiga, mesin akan melakukan pemeringkatan (ranking) atau, proses pemeringkatan data atau informasi yang dianggap paling sesuai dengan yang kita cari.
Ryan Sugiarto mengatakan, memilah informasi dari internet sangatlah penting. Ibaratnya, internet adalah tanah tak bertuan. Tak ada aturan disini, semua bebas berbicara. Jika kita tidak memilah informasi, bisa jadi informasi yang seharusnya berguna bagi kita justru berbalik arah menjadi informasi yang tidak berguna. Karena itu biasakanlah untuk memilah informasi supaya informasi dapat berguna.
Adapun yang harus dilakukan ketika memilih informasi di internet, lanjut Ryan, pilih berita sesuai kebutuhan. Baca berita dengan lengkap, bukan judulnya saja. Ambil informasi dari sumber terpercaya, pilih lebih dari satu sumber informasi, berpikir kritis, fitur filter media sosial untuk menyaring informasi, dan jangan sebar konten SARA, pornografi, dan informasi pribadi.
Menurut Ryan, pilah pilih informasi di ruang digital sangat bermanfaat untuk menangkal kabar bohong, maupun informasi negatif lainnya. Selain itu, tujuannya untuk menjaga agar nalar tetap cerdas dan waras di tengah banjir informasi. Caranya, yakni dengan berpikir kritis, berpikir kreatif, berpikir sistem, dan berpikir bijak.
Secara sederhana implementasi berpikir kritis ini adalah, jika kita mendapat kabar, info, berita atau apa pun namanya yang bombastis dan membuat pikiran berkerut, maka kita wajib untuk mengetahui dari mana sumber berita tersebut. Selanjutnya, wajib mencari dan membandingkan dengan berita-berita lainnya. Kita memotret berita tersebut dari berbagai sudut, sehingga memberi kesempatan kepada nalar untuk membuat kesimpulan, berita ini benar atau bohong.
”Berpikir kritis itu jangan melihat potret sebagian, lihatlah proses keseluruhan. Jangan melihat sebab akibat satu arah, lihatlah sebab akibat antar-bagian,” tegas Ryan di hadapan 140-an partisipan webinar.
Pengertian dari kreativitas adalah proses penciptaan gagasan dan konsep. Ia berada pada level ide atau imajinasi (pikiran). Kreativitas merupakan induk dari inovasi, karena inovasi tak lain proses perwujudan ide-ide kreatif sampai menghasilkan nilai tambah. Inovasi berada pada level praktik dan nyata, alhasil inovasi selalu dimulai dengan kreativitas. Manusia kreatif selalu mengasah diri dengan hal-hal baru.
”Berkelindan dengan kritis, ia selalu mempertanyakan dan membuat alternatif jawaban. Nalar sebagai perkakas manusia memperoleh asupan gizi manakala si manusia tersebut kreatif. Kabar bohong, berita miring, info palsu bisa ditangkal dengan kreativitas,” jelas Ryan.
Adapun berpikir sistem, yakni sebuah disiplin (metoda) pemecahan masalah organisasi dengan memanfaatkan perilaku sistem. Contohnya, jika berpikir linier lebih melihat ada pohon di hutan, maka berpikir sistem adalah melihat keseluruhan isi hutan, di mana salah satu isinya tak lain pohon.
Berpikir bijak dalam konteks ini, bijak lebih diartikan pada kedewasaan untuk memilih dan memilah informasi. Bijak juga untuk memproduksi dan menyebarkan informasi. Apabila menerima informasi yang berpotensi menimbulkan konflik, dengan bijak informasi tersebut cukup diputus sampai diri sendiri. Bukan untuk disebarkan.
Bijak bermedia sosial ternyata merupakan bentuk ”spiritualitas” baru dalam bermasyarakat. Nalar 4.0 yang terdiri dari berpikir: kritis, kreatif, sistem dan bijak tak lain perkakas untuk menghadapi banjir bandang informasi. Sebuah banjir yang berkelindan antara informasi benar dan bohong. Dengan nalar 4.0 informasi benar menjadi relevan, informasi bohong menjadi usang.
Berikutnya, Presiden Asosiasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam Labibah Zain menyatakan, warganet wajib memilah dan memilih informasi saat di dunia digital. Hal itu mengingat tidak semua informasi yang ada di internet itu benar, baik, dan bermanfaat untuk kita. ”Banyak opini dan berita hoaks beredar di dunia maya,” kata Labibah.
Labibah berharap agar warganet memelihara kesopanan dan kesantunan dalam bermedia digital dan memiliki kesadaran bahwa dunia maya juga adalah dunia nyata. Ia juga mengingatkan agar menggunakan nilai Pancasila sebagai landasan mengarungi dunia maya. ”Sekaligus menjadikannya sebagai penangkal informasi negatif yang banyak beredar di jagat maya,” tandas Labibah.
Dipandu moderator Eva Jalesveva, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Aulia Putri juniarto (fasilitator Kaizen Room), Darwanto (Kepala Sekretariat CSO Open Government Partnership Indonesia), dan Hilyani Hildranto selaku key opinion leader. (*)