WONOSOBO – Era digital membawa perubahan terhadap peradaban manusia yang lebih bergantung pada teknologi. Kondisi ini akhirnya menciptakan digital society atau masyarakat digital. Masyarakat digital memiliki kecenderungan untuk selalu eksis dan mengekspresikan diri tanpa aturan yang terikat dan lebih terbiasa belajar dengan cara mencari daripada mengikuti instruksi serta senang berinteraksi dan melakukan aktivitas bersama. Namun, teknologi baru ini juga melahirkan tantangan baru yang harus dihadapi oleh masyarakat. Salah satunya kebebasan berekspresi yang tanpa batas.
Hal tersebut menjadi topik diskusi dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (17/9/2021). Salah satu narasumber, Rizqika Alya Anwar (Head of Operation PT Cipta Manusia Indonesia) mengatakan, kalau melihat data pengguna internet warga Indonesia bisa dikatakan telah mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital. Ada sekitar 202 juta dari total 270 jutaan penduduk Indonesia yang sudah terkoneksi dengan internet. Tantangan yang perlu dihadapi adalah bagaimana warga digital mampu mengoptimalkan penggunaan teknologi tersebut.
“Untuk dianggap melek digital, warga digital harus tahu tujuan yang ingin diraih ketika menggunakan perangkat digital. Bukan hanya tahu cara mengoperasikan perangkat, tetapi juga mampu mengoptimalkan teknologi untuk meraih tujuan tertentu. Oleh sebab itu, dalam bermedia digital diperlukan kemampuan kreatif untuk menjelajahi ruang-ruang digital, berkolaborasi untuk mengasah kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, serta kemampuan berpikir kritis dalam memanfaatkan perangkat digital untuk hal positif,” jelas Rizqika Alya Anwar kepada ratusan peserta webinar.
Platform digital, seperti media sosial, menjadi tempat baru masyarakat digital dalam membentuk self branding. Personal branding seseorang itu terbentuk dari aktivitas digitalnya. Oleh sebab itu, tujuan penggunaan media digital harus ditentukan sejak awal.
“Jika sudah menentukan tujuannya, pilih medsos yang tepat untuk mengakomodasikan personal branding tersebut. Misalnya dengan membuat konten-konten yang edukatif, informatif, inspiratif, atau hiburan. Media sosial dan personal branding tersebut akan menjadi investasi tanpa modal untuk bisa mendapatkan banyak hal,” imbuh Rizqika Alya.
Membuat konten tersebut perlu ditunjang dengan kecakapan digital. Lebih mudahnya, manfaatkan tools-tools gratis yang tersedia untuk mengemas konten dengan tampilan yang menarik. Misalnya menggunakan aplikasi edit gambar menggunakan Canva, Snapseed, VSCO dan lainnya, atau aplikasi edit video menggunakan Adobe Premier, Kine Master dan aplikasi gratis lainnya yang tersedia dengan lisensi gratis.
“Catatan untuk menjadi warga digital yang positif adalah menanamkan grow mindset untuk mau mengembangkan diri dan beradaptasi,” pesan Rizqika.
Kendati demikian, Athif Thitah Amithuhu menambahkan, ekspresi di media digital memiliki batasan berupa etika. Yakni, kesadaran untuk memiliki tujuan dalam setiap aktivitas digital, memiliki integritas atau kejujuran dalam berinteraksi dan komunikasi, menebarkan kebajikan sebagai pengguna media digital, dan memiliki tanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan di ruang digital.
Dalam berinteraksi dan berkomunikasi di ruang digital, lanjut Athif, perlu memahami netiket atau tata krama dalam menggunakan internet baik ketika berinteraksi antar individu atau individu ke orang banyak.
“Ketika melakukan interaksi kepada individu lain seperti berkirim pesan melalui email, aplikasi pesan singkat tetap harus mengedepankan etika dengan menggunakan bahasa yang benar, baik, dan sopan. Menyampaikan dengan to the point, menghargai privasi orang lain,” jelas Athif.
Sementara bentuk interaksi individu ke publik atau one to many communication itu seperti unggahan di website, blog, media sosial, komentar. Komunikasi ke ruang publik perlu memerhatikan rentang usia orang yang melihat konten agar tidak menimbulkan hal yang tidak pantas.
“Tahap berekspresi di ruang digital harus mengedepankan verifikasi atau sikap dan pola pikir kritis sebelum mengunggah konten. Jika berkaitan dengan informasi berita, maka perlu membandingkan sumber yang didapat dengan sumber lainnya. Ikut berpartisipasi membagikan data dan informasi bermanfaat, juga berkolaborasi mengisi ruang dengan hal positif,” tambahnya.
Diskusi virtual yang dimoderatori oleh Anneke Liu (praktisi komunikasi) ini juga diisi narasumber lain, yakni Nurhamzah (digital media and communication specialist) dan Nurul Mubin (dosen Unsiq Wonosobo). Selain itu, ikut dalam diskusi, aktor Komo Ricky yang menjadi key opinion leader.
Rangkaian kegiatan webinar itu sendiri merupakan bagian dari Program Nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang diselenggarakan Kemenkominfo secara serentak. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kecakapan masyarakat dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (*)