BOYOLALI – Teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang sangat pesat dan menyebar ke seluruh sendi kehidupan masyarakat. Terjadi pergeseran pola pikir, pola sikap, dan pola tindak masyarakat dalam akses dan distribusi informasi.
Masyarakat Indonesia semakin mudah mengakses informasi melalui berbagai platform teknologi digital yang menawarkan inovasi fitur dari media komunikasi yang kian interaktif. Era revolusi industri 4.0 telah mengubah daftar kebutuhan primer manusia. Jika sebelumnya hanya menyangkut pangan, sandang dan papan, sekarang internet pun telah menjadi kebutuhan primer.
”Pergeseran pola pikir, pola sikap, dan pola tindak di era revolusi industri 4.0 juga telah mengubah sistem pembelajaran dan praktik pendidikan secara radikal,” kata dosen HI Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta Fauzan, saat menjadi pembicara pada webinar literasi digital bertema ”Menjadi Guru dan Siswa yang Berprestasi di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (17/9/2021).
Fauzan mengatakan, perubahan pola pikir dalam penyelenggaraan pendidikan terpaksa harus dilakukan, lantaran sistem pembelajaran telah berubah dari cara konvensional tatap muka langsung menjadi pembelajaran online dengan memanfaatkan teknologi digital. Perubahan mindset itu mau tak mau harus dilakukan oleh baik guru maupun siswa.
”Agar pembelajaran online dapat berjalan secara efektif dan mencapai target yang telah ditentukan, baik guru dan siswa harus beradaptasi dengan model pembelajaran online. Hal ini harus dilakukan jika tak ingin proses pendidikan terhenti akibat pandemi,” jelas Fauzan kepada 250-an partisipan webinar.
Menurut Fauzan, berprestasi di era digital bagi guru maupun murid, sejatinya menjadi sesuatu yang lebih mudah dilakukan. Melimpahnya materi dan sumber informasi pengetahuan disertai kemudahan cara mengaksesnya, menjadi nilai tambah tersendiri di era digital. ”Hal itu menjadi sesuatu yang tidak mungkin dilakukan pada era sebelum digital,” tegas Fauzan.
Meski begitu, Fauzan tak menampik era digital juga memiliki sejumlah tantangan dalam mewujudkan prestasi guru dan murid. Di samping butuh adaptasi, era digital juga menuntut membiasakan diri dengan budaya digital, atau kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan.
”Selain kemampuan beradaptasi di dunia digital, kini juga talah banyak tersedia platform belajar online yang mendukung sistem pembelajaran baru yang lebih menuntut kemandirian, kreativitas, dan kolaborasi,” jelas Fauzan.
Narasumber lain dalam webinar ini, Kepala SDN 2 Musuk Boyolali Theresia Nurani Istiprijanti menyatakan, belajar konvensional telah berganti menjadi belajar online. Belajar konvensional mempunyai ciri interaksi guru siswa bertatap muka langsung, guru sebagai subjek belajar, kemajuan belajar tergantung pada guru, guru dan siswa harus bertemu di waktu tertentu, guru sebagai sumber belajar, dengan metode ceramah dan tugas.
”Kini harus berubah menjadi belajar online sinkronus maupun asinkronus.
Interaksi guru dan siswa menggunakan media digital, siswa sebagai subjek belajar, siswa berperan pada kemajuan dan keberhasilan belajarnya, guru dan siswa tidak harus bertemu pada waktu yang sama, internet sebagai sumber belajar, belajar online mandiri atau terbimbing,” urai Theresia.
Berprestasi di era digital, kini sangat bergantung pada kemauan dan kemampuan mencari sumber-sumber belajar yang melimpah di internet. Guru bisa memfasilitasi pembelajaran siswa dengan menunjukkan aplikasi belajar seperti, ruang guru, rumah belajar, google classroom, edmodo, kipin school, quipper, zenius, kelas kita, dan lainnya.
Dipandu moderator presenter Safiera Aljufry, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Oka Aditya (research analyst), Adhi Wibowo (praktisi pendidikan), dan Rosaliana Intan Pitaloka (Duta Bahasa Provinsi Jateng 2018) selaku key opinion leader. (*)