KENDAL –Media digital telah membawa seabreg kemudahan bagi kehidupan umat manusia. Dari media digital itu manusia bisa mendapat informasi secara cepat, komunikasi mudah, memperingan aktivitas sehari-hari, menumbuhkan inovasi dalam pembelajaran, mudah dan cepat dalam transaksi hingga mendapat ilmu dan pengetahuan secara mudah dan cepat.
“Di balik segudang keuntungan perkembangan media digital itu, kita tetap perlu mewaspadai dampak negatif media digital yang tak kalah banyak,” ujar Kasi Kelembagaan Kemenag Jateng Mukhammad Nur Kholis saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Adaptasi Empat Pilar Literasi Digital Untuk Siswa” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kendal Jawa, Tengah, Selasa (21/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti 200-an peserta itu, Nur Kholis menuturkan dampak negatif pesatnya perkembangan media digital di antaranya masuknya beragam pengaruh negatif budaya luar. Yang notabene tak sedikit budaya luar itu yang tampak bertentangan dengan nilai budaya bangsa.
“Pergesekan budaya itu akhirnya memicu disharmoni dalam tatanan masyarakat,” ujar Nur Kholis. Tak hanya gesekan nilai-nilai asing yang tak sesuai kultur lokalitas. Pesatnya media digital dalam bentuk beragam platform digital hingga saat ini juga belum mampu memupus ujaran ujaran kebencian dan sebaran berita bohong atau hoaks.
“Generasi muda tak sedikit yang kecanduan gadget atau game online, mereka lebih terbiasa gaya hidup yang instan dan konsumtif sesuai tren atau citra-citra tak utuh yang ditampilkan secara kontinyu dan masif di ruang digital,” tegas Nur Kholis.
Nur Kholis berpendapat, dalam ‘kesemrawutan’ pertempuran antar nilai di era digital ini, penting untuk menghadirkan apa yang disebut budaya digital. Ada sejumlah syarat membangun budaya digital.
“Yang jelas, budaya digital akan terbangun jika fondasi utamanya ada partisipasi publik,” tegas Nur Kholis. Partisipasi yang dimaksud bagaimana masyarakat memberikan kontribusi untuk tujuan bersama menciptakan ruang digital yang sehat.
Syarat lainnya menciptakan budaya digital dengan remediation. Cara ini mengubah budaya lama menjadi budaya baru untuk tujuan yang bermanfaat. “Kita juga perlu menumbuhkan bricolage yakni memanfaatkan hal-hal yang ada sebelumnya untuk membentuk hal baru dalam budaya digital,” tegasnya.
Nur Kholis menuturkan ruang digital perlu diikuti dengan penanaman nilai utama Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Seperti semangat cinta kasih dan saling menghormati perbedaan kepercayaan, nilai-nilai kesetaraan dalam memperlakukan orang lain secara manusiawi, nilai-nilai harmoni yang mengutamakan kepentingan umum.
Juga nilai demokrasi yang memberi kesempatan setiap orang untuk bebas berekspresi dan berpendapat dan nilai gotong royong membangun ruang digital yang aman dan etis.
Narasumber lain, Director Marcomm Perguruan Islam Al Izhar Alfarisi Arifin menuturkan saat ini menjadi masa kembali ke old normal. “Keterbiasaan belajar dari rumah, baik dampak positif atau negatif menjadi beban orang tua, mempengaruhi psikologi anak dengan kondisi pandemi Covid-19 yang SOP protokol kesehatannya masih lemah,” ujar Alfarisi.
Namun di balik sengkarut situasi pandemi itu, Alfarisi juga mengamini adanya perubahan pola hidup bersih dan ekologi sosial dan fisik lebih tertata. “Dari sisi positif kita juga merasakan cepatnya migrasi berbagai bidang ke media digital, khususnya pendidikan,” ujar Alfarisi.
Meskipun demikian, di masa migrasi ini skill anak didik juga akan terus diuji. Bagaimana ia akan tumbuh secara sosial, fisik dan mental lebih siap.
“Ada dampak psikologis dari migrasi media digital ini, tak terkecuali pembentukan body image di sosial media yang mengakibatkan tekanan kuat khususnya kepada kaum perempuan untuk selalu tampil dengan gaya tertentu demi mendapatkan acceptance dari followernya,” ujar dia.
Padahal dorongan ini juga ikut berdampak negatif pada user yang justru menjadi target aksi negatif seperti pelecehan, isolasi secara online, dan loneliness.
“Yang tak bisa ditolak migrasi kultur akan berubah mengikuti minat dan kondisi sosial gen Z atau generasi digital, mereka akan cepat mandiri dan ini sekaligus menandakan betapa semakin pentingnya kasih sayang di keluarga dan lingkungan rumah,” kata Alfarisi.
Narasumber berikutnya Creative Heads Foiniks Digital Adrie Wardana menuturkan penting bagi pelajar memahami digital skill khususnya terkait keamanan menggunakan perangkat.
“Digital skill penting karena keamanan menggunakan perangkat keras dan lunak hardware dan software untuk menunjang proses belajar mengumpulkan informasi, menganalisa, mengevaluasinya, menjadi kemampuan digital untuk ditingkatkan proses pembelajaran,” kata Adrie.
Ia mengatakan pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung di tahun kedua ini membuat proses pembelajaran sudah jauh berbeda. Maka sangat penting digital skill khususnya dalam pemanfaatan aplikasi seperti untuk mengolah data, mengelola slide, mengolah audio dan video.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber Kasi Guru pada Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah, Agus Mahasin, serta dimoderatori Mafin Rizqi juga Shafa Lubis selaku key opinion leader. (*)