BANJARNEGARA – Ada yang bikin gemes saat kita, pelaku UMKM atau produsen produk, menjual barang di marketplace yang kondang. Saat produk kita laku dan mulai laris, yang terjadi biasanya bukan brand produk kita yang dikenal konsumen atau pelanggan, tapi malah brand marketplace-nya yang makin ngetop di mata pelanggan.
”Kalau kita ketemu temen pake kaos bagus, eh kaosmu bagus beli di mana? Di Lazada, dong. Bayar di rumah kok. Sepatumu bagus beli di toko mana? Oh, ini dapat di Tokopedia, gratis ongkir lo. Kebaya kamu cantik Jeng, belanja di butik mana? Di Shopee, diskon 15 persen lo,” papar Kokok H. Dirgantoro, founder dan CEO Opal Communication, mencontohkan.
Intinya, kata Kokok, produsen yang berkeringat bikin produk malah tidak dikenal. Malah brand marketplace-nya yang selalu dapat nama. ”Kalau begitu, bagaimana solusi marketingnya agar branding produk kita yang lebih ngetop?” tanya Kokok Dirgantoro saat sharing tips dan triknya dalam webinar literasi digital bertema ”Literasi Digital bagi Pelaku Marketplace” untuk masyarakat Kabupaten Banjarnegara, 30 Juni 2021.
Kokok menjelaskan, selain kreatif, kita juga mesti inovatif pada proses produksi, model dan desain produk. Selain itu, yang juga tak kenal henti kita lakukan adalah riset dan mengenali tren pasar, agar produk kita selalu update di marketplace. Berikutnya, yang juga perlu kreativitas adalah branding marketing produknya.
”Kita tidak dilarang memposting produk kita di satu platform, multiplatform market place. Coba juga kita branding dengan cara pembelian berbeda lewat Instagram dan marketplace Facebook. Kalau ada promo, juga bikin penawaran di beragam lokapasar dan platform dengan akun atau website mandiri,” tutur Kokok.
Kalau perlu, lanjut Kokok, libatkan influencer untuk bikin review produk kita di beragam medsos. Ajak artis minta endorse. Syukur artis itu teman, sehingga bisa saling kolaborasi, honor dengan harga temen. ”Memang, dengan banyaknya penjual di marketplace, kita mesti makin kreatif brandingnya agar dikenal. Supaya banyak yang nyolek di Instagram nanyain produk kita,” rinci Kokok, berbagi pengalaman.
Kokok tak tampil sendiri dalam webinar yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), yang diikuti ratusan peserta lintas generasi dan profesi. Dipandu moderator Tomy Romahorbo, ada tiga pembicara lain yang ikut hadir secara virtual: Samuel Berrid Ollan (founder dan CEO PT Malline Technologie International), Gilang Ramado (Dirut CV Tripsona Indonesia, Yogyakarta), dan Oka Aditya (research analyst), serta artis dan host Ayonk yang tampil sebagai key opinion leader.
Selain kreatif dan inovatif, merintis dan mengembangkan usaha di era digital juga sangat penting menjaga efisiensi dalam bisnis. Oka Aditya berbagi pengalaman saat ia bekerja dengan perusahaan asing milik Jepang. Tradisi budaya digital dan efisiensi dalam perusahaan sangat ketat. Belum lama, saat Oka direkrut, kontraktor Jepang itu menggarap proyek kelistrikan di Indonesia yang nilainya Rp 3 triliun lebih. Oka di Jakarta sebagai perwakilan mereka yang hanya 10 orang.
”Begitu banyak proses rapat dan penentuan langkah kerja dilakukan dengan zoom meeting lintas Jakarta – Jepang. Kontrak-kontrak nilai belasan miliar yang mesti saya tandatangani dionlinekan berkasnya dari Jepang. Tiap hari ribuan desain dan gambar proyek yang mesti di-acc oleh para manajer dikerjakan di Indonesia dan dikirim online,” cerita Oka.
Tak hanya itu efisiensi mereka dalam berbisnis. Masih cerita Oka, hanya 10 hari dirut perusahaan Jepang itu ke Jakarta, menuntaskan semua proses kontrak, cek lapangan lalu pulang ke Jepang. ”Sangat efisien dan efektivitas teknologi digital sudah sangat menjadi budaya kerja mereka. Orang Jepang yang menggarap proyek di Indonesia, mereka bisa raup dana kontrak Rp 3 triliun dengan hanya mempekerjakan 10 personel di sini. Itu yang perlu dicontoh,” kata Oka.
Yang jelas, salah satu kunci sukses marketing di marketplace dalam pengalaman Samuel Berrid Ollan adalah kepo dan cari tahu intip tren pasar. Google search engine merupakan salah satu sarana, senjata pamungkas kita, untuk terus update produk yang paling dicari konsumen di lokapasar.
”Dengan terus meng-update tren pasar, produk kita akan terus fresh dan mengikuti selera pasar digital. Dengan begitu, kita tak pernah punya produk yang ketinggalan zaman,” ujar Samuel, menuntaskan diskusi menarik siang itu. (*)