DEMAK – Rupanya, tanpa kita sadari, dampak kebijakan PPKM dan WFH saat ini telah melahirkan ”generasi mager”. Niat kebijakan pemerintah mencegah penyebaran virus Covid-19 dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dan Work From Home membuat banyak orang menjadi kaum yang maunya rebahan, malas gerak, tapi tetap banyak uang. Hadirnya kaum mager yang membludak itu kini malah dibidik jadi pasar baru yang menggiurkan.
”Kondisi itu ditangkap segelintir pengusaha UMKM di Tangerang Selatan yang kreatif menangkap peluang era digital untuk survive di masa pandemi. Ada tukang potong rambut yang menawarkan secara online mendatangi konsumen dengan APD khusus dan masker, juga face shield. Layanan ini bikin nyaman konsumen di rumah, bisa potong rambut dan prokes (protokol kesehatan) terjaga. Kini, dia malah kewalahanan melayani request potong rambut dengan standar prokesnya ke rumah-rumah konsumen,” cerita Koko Herdianto Dirgantoro, CEO Opal Communication, saat berbagi wawasan dalam webinar literasi digital yang dihelat Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Demak, 25 Juni 2021.
Tak cuma tukang potong rambut. Ada pengusaha kopi seduh yang menawarkan layanan minum kopi secara literan. Bisa diminum sekeluarga, panas maupun dingin, yang bisa diantar dan diseduh ’by request’ dadakan di rumah bersama keluarga, tentu dengan pesan online sebelumnya dengan ponsel.
Baik potong rambut maupun kopi literan, semua bisa dipesan lewat WhattsAps. Dengan begitu, tradisi ngopi bareng bisa dinikmati bersama di rumah tanpa takut kerumunan pandemi di warkop atau café. Direduksi dipindah ke rumah bersama keluarga, tetap dengan menjaga prokes di rumah. Yang pasti, dua inovasi tersebut merupakan bentuk kreativitas pemanfaatan digital paling sederhana untuk tetap survive di masa pandemi.
”Di balik musibah, bagi yang jeli, bisa tetap menangkap peluang bisnis menarik agar tetap survive,” tutur Koko pada ratusan peserta webinar yang mengusung tema ”Pemberdayaan UMKM selama Masa Pandemi Covid-19”. Dipandu moderator presenter TV Subkhi Abdul, Koko hadir bersama narasumber lain: Burhan Abe (digital enthusiast dan founder start up Resep_Kopi), Iqbal Aji Daryono (kolumnis tetap detik.com), Eko Nuryono (sastrawan Jawa yang juga penggiat masyarakat digital Yogyakarta) dan Decky Tri, travel blogger yang hadir daring sebagai key opinion leader.
Dalam jangkauan dan target pasar yang berbeda, Burhan Abe, pembicara berikut, berbagi kisah sukses seorang pengusaha batik Pekalongan yang merasa ketatnya persaingan sesama pengusaha batik untuk go digital merupakan tuntutan nyata.
”Ada yang serius garap branding produk dengan membikin ulasan produk secara serius. Dengan video produk yang tampil istimewa dengan deskripsi menarik diposting di Youtube. Pasarnya pun terbidik dengan selera khusus, maka pasar baru batiknya seantero Eropa kini bisa antre pesan produk eksklusif batik Pekalongan punya sang pengusaha yang jeli menggarap branding lewat Youtube,” cerita Abe, yang mantan wartawan Tempo dan Editor itu.
Kecakapan go digital, sambung Abe, memang ditarget pemerintah dikuasai 30 juta pengusaha UMKM dari 64 juta pelakunya di Indonesia pada 2023. Hingga 2021 sudah 11,7 juta UMKM yang beralih ke platform digital. Belum terpenuhi, tapi sudah melangkah on the right track.
”Langkah pentingnya sekarang adalah membekali wawasan kecakapan digital marketing dan promosi digital yang lebih profesional. Selain itu, kerja kolaborasi dengan fotografer, videographer dan kreator konten untuk memasarkan produk sangat diperlukan untuk membuat UMKM naik ke kelas yang lebih ciamik,” ujar Abe optimistis. Soal permodalan?
”Kalau pasar sudah membesar dan terbidik jelas, semua promo dan marketing juga sudah mendongkrak produk kita menjadi kelas dunia, maka kalau sampai kesulitan modal ya tinggal buat planning dan proposal bisnis yang menarik. Tidak sedikit investor yang berminat menyuntik modal dengan konsep bagi hasil. Saat ini kita bisa berkembang maju tanpa perlu pusing utang bank. Urun dana investor secara bagi hasil kini juga sedang ngetren di banyak start up. Ikuti aturannya, pasti ketemu jodoh investornya,” Abe yakin.
Abe lalu men-support peserta webinar dengan mengutip pesan Nadiem Makarim, bos Gojek yang kini Mendiknas RI. ”Pengusaha yang berani membuat langkah nyata jauh lebih berpeluang besar untuk maju dan besar usahanya, dibanding pengusaha yang pintar tapi takut melangkah dengan aksi nyata,” ujarnya. (*)