PEKALONGAN – Sejak pandemi Covid-19 merebak di Indonesia, kegiatan belajar mengajar (KBM) menjadi dilaksanakan secara daring dengan metode pembelajran blended learning. Hal ini sekaligus mendorong peserta didik untuk bisa belajar secara mandiri dengan pendidik sebagai fasilitatornya. Tema “Pendidikan Online: Era Baru Merdeka Belajar” dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (22/9/2021).
Webinar literasi digital merupakan program nasional Gerakakan Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang disiapkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi di era transformasi digital. Pilar literasi digital yang diusung dalam program ini meliputi digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety.
Dosen IAIN Pekalongan M. Rikzam Kamal menjelaskan transformasi pembelajaran daring merupakan bentuk budaya digital yang mesti diikuti. Masyarakat dituntut mau beradaptasi, apalagi dengan kondisi pandemi Covid-19 teknologi bagaikan penyelamat untuk tetap bisa berkomunikasi dan berinteraksi termasuk pembelajaran meskipun dengan tatap muka secara virtual.
Akan tetapi, Rikzam mengutip penelitian dari Mckinsey, hambatan dalam transformasi tersebut adalah perilaku masyarakat dan budaya atau kebiasaan yang sudah ada. Masyarakat harus mampu mengadaptasi perilaku di dunia nyata ke dunia digital, karena kebisaan-kebiasaan yang semula dilakukan secara konvensional bergeser ke ranah digital.
“Maka dalam membangun budaya digital itu memerlukan tiga hal. Yaitu partisipasi masyarakat memberikan berkontribusi untuk tujuan bersama, dalam hal ini pembelajaran daring. Kemudian remediasi atau merubah budaya lama menjadi budaya baru yang lebih bermanfaat, dalam pembelajaran daring itu bagaimana mentransformasikan pembelajaran tatap muka dengan belajar menggunakan learning management system. Serta bricolage, merubah hal yang sudah ada membentuk hal baru. Contohnya adalah media sosial yang dulu hanya berfungsi untuk melakukan interaksi sosial kini bisa digunakan untuk kegiatan ekonomi,” jelas M. Rikzam Kamal.
Narasumber lainnya, dosen Universitas Sriwijaya Krisna Murti, menyampaikan bahwa era transformasi digital memaksa masyarakat untuk mau beradaptasi dengan digitalisasi termasuk dalam kegiatan pembelajaran. Namun selain cakap dalam mengoperasikan perangkat digital, pendidik dan peserta didik khususnya juga perlu memahami tentang keamanan dalam proses pembelajaran daring.
Keamanan daring disini pengguna diharapkan mampu memaksimalkan keamanan personal dan mengantisipasi risiko keamanan saat menggunakan internet yang meliputi perlindungan diri dari kejahatan digital secara umum. Ancaman digital terus berkembang sehingga pembaruan proteksi harus terus dilakukan, pengguna harus sadar pentingnya melindungi data pribadi dan privasi agar terhindar dari potensi kejahatan digital.
Kaitannya dengan pembelajaran daring dan merdeka belajar, menurut Krisna Murti, transformasi pembelajaran daring memberikan fleksibilitas karena bisa memanfaatkan berbagai sumber dan media belajar, peserta didik juga menjadi lebih mandiri, belajar sekolah dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Namun di luar itu yang perlu ditekankan juga adalah masalah keamanan ketika proses belajar daring tersebut.
“Supaya tetap aman dalam pembelajaran daring hindari sembarang klik “setuju” atau “ok” saat mengakses web dan aplikasi tanpa membaca terlebih dahulu, khususnya di situs dan aplikasi bajakan. Karena bisa jadi itu akan menjadi sarana masuknya virus atau alat untuk peretasan, phising dan kejahatan digital lainnya,” jelas Krisna Murti kepada 400-an peserta webinar.
Belajar daring memerlukan akun untuk bisa akses situs atau aplikasi pembelajaran, maka akun itu harus diproteksi dengan password yang sulit diduga. Membuat password yang kuat dengan kombinasi huruf, angka dan simbol serta secara berkala menggantinya. Gunakan juga antivirus untuk memindai potensi virus yang tidak sengaja masuk ke perangkat digital, dan selalu gunakan peramban yang sudah diperbarui karena kualitas keamanannya lebih tinggi.
“Sebagai pembelajar perlu juga meningkatkan kemampuan dalam mengakses media digital dalam memilih media belajar yang kredibel, mampu menyaring informasi di internet, serta memilih dan memilah media atau pesan agar tidak melanggar hak kekayaan intelektual orang lain,” jelas Krisna Murti.
Kegiatan yang dimoderatori oleh Fikri Hadil (aktor) juga diisi oleh narasumber lainnya Tauchid Komara Yuda (dosen Universita Gadjah Mada Yogyakarta), Abid Tommy Wasito (pengelola sistem dan jaringan UPTD IAIN Pekalongan). Selain itu ikut dalam diskusi adalah Adinda Deffy (presenter) yang menjadi key opinion leader dalam diskusi. (*)