KLATEN – Kehadiran teknologi digital dan yang menyertainya membuat manusia mampu mengatasi kekurangannya dalam berkehidupan sehari-hari. Teknologi digital mengandalkan persepsi indrawi menangkap realitas yang tersembunyi, dan tidak ada lagi batasan apa yang dapat dialami, seolah manusia menjadi dewa.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dosen Faukultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Taufik Asmiyanto dalam webinar literasi digital dengan tema “Adaptasi Empat Pilar Literasi Digital Untuk Siswa” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada Rabu (22/9/2021).
“Dunia digital meniadakan batasan, kita selalu terhubung ruang dan waktu. Media digital mengandalkan orang-orang dari seluru dunia saling terhubung dan memungkinkan saling berbagi,” kata taufik Asmiyanto.
Namun, di balik keuntungannya, ada pula kelemahan budaya digital. Kelemahan itu di antaranya seperti informasi fakta dan hoaks yang bercampur. “Sulit membedakan secara jelas bahwa informasi yang hadir fakta, hoaks, atau fiksi. Dampak negatifnya baru bisa disadari setelah terjadi dan viral,” ujarnya.
Kemudian budaya digital membuat kehidupan pribadi menjadi transparan, rentan terhadap segala macam manipulasi. Sementara tidak ada satu pun agen yang dapat dituduh sebagai pelaku karena semuanya saling berhubugan. Dampak lainnya yakni terhadap diri material dan individual. Pikiran, waktu, dan energi dihabiskan untuk urusan diri serta dunia.
Taufik mengungkapkan potret manusia digital itu yakni selalu terhubung dengan jejaring, kemudian kesempurnaan citra diri atau ingin diperhatikan. “Karakter lainnya, pengguna digital suka bersosialisasi, berpikiran global, berkomunikasi secara digital, dan ingin selalu mengekspresikan diri,” kata dia.
Untuk itu, Taufik mengingatkan, perlu adanya peran guru atau peserta didik dalam membentuk karakter generasi saat ini. Ia menyebut guru harus cakap teknologi informasi dan komunikasi, yakni kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mengkomunikasikan konten atau informasi dengan kecakapan kognitif dan teknikal supaya diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran kepada siswanya.
Kemudian juga mampu mencari dan menemukan konten informasi dan media, mengakses konten dan media yang dibutuhkan secara efektif, efisien dan etis. Lalu, menemukan kembali dan menyimpan sementara konten informasi dan media dengan menggunakan berbagai metode dan alat.
Narasumber lainnya, Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Waryani Fajar Riyanto lebih menekankan supaya generasi saat ini agar cakap bermedia digital. Baik dalam mencari informasi, menggunakan aplikasi percakapan dan media sosial, memanfaatkan dompet digital, lokapasar maupun dalam bertransaksi digital.
Fajar berharap, agar penggunaan platform digital dilakukan dengan suatu niat baik. “Pikiran, sikap dan perilaku manusia sangat ditentukan dengan hatinya. Hati itulah yang memunculkan seseorang membuat dan atau menyebar informasi melalui jari jemarinya. Dalam bahasa agama disebutkan jika hati itu baik, maka baiklah segalanya. Jika hati buruk maka buruklah segalanya,” ucapnya.
Dipandu moderator Bunga Cinka, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Anif Solikhin (Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Klaten), Muhammad Siswanto (Kepala MAN 4 Kebumen), dan Seniman Dibyo Primus selaku key opinion leader. (*)