CILACAP – Kasi Pendidikan Madrasah Kantor Kemenag Kabupaten Semarang Mohammad Solichin mengungkapkan, peserta didik bukan satu satunya subyek yang perlu beradaptasi di era digital ini. Namun, justru para guru dan orang tua juga dituntut ikut mengembangkan pengetahuan mereka agar dapat menjadi pendamping yang mengajarkan anak-anak sesuai kebutuhannya di masa yang akan datang.
“Seperti pesan Ali Bin Abi Thalib yang terkenal ‘Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup di zaman mereka, bukan pada zaman mu’,” ujar Solichin saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Adaptasi Empat Pilar Literasi Digital Untuk Siswa” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (23/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Solichin mengungkapkan
zaman akan terus berubah dengan seabreg tantangannya. Mulai tantangan bertahan hidup, berinteraksi, hingga tantangan belajar.
“Tantangan yang terus berubah ini menuntut kita menjadi pendamping anak juga berubah, baik dalam mendidik ataupun berkomunikasi,” tegas Solichin.
Adaptasi zaman yang perlu dilakukan di era digital, lanjut Solichin, dengan memahami empat pilar literasi digital. Meliputi etika digital, budaya digital, kecakapan digital, dan keamanan digital. “Empat pilar itu membuat siswa lebih siap memasuki era digital yang ditandai dengan era informasi mudah dan cepat diperoleh serta disebarluaskan menggunakan teknologi digital,” tutur Solichin.
Teknologi digital yang dimaksud Solichin terutama teknologi yang menggunakan sistem komputerisasi yang terhubung internet. Sedikit merujuk proses perkembangannya, Solichin mengungkap perkembangan teknologi digital dimulai dari perkembangan komputer lalu disusul lahirnya internet kemudian telepon seluler dan situs jejaring sosial.
Menurut Solichin, berbekal pilar literasi digital, orang tua dan guru berperan sejak dini mendorong anak untuk mengoptimalkan pengguaan internet untuk hal positif. Tak hanya untuk urusan sekolahnya, siswa bisa diajak menumbuhkan kecintaan Indonesia lebih luas. Misal cinta produk dalam negeri dan mendukung produk UMKM lokal agar bisa terus bertahan.
“Gemakan Aku Cinta Indonesia di ruang digital, ajak siswa mencintai produk lokal, juga melestarikan budaya dan selalu bangga akan tanah air dengan terus meningkatkan kreativitasnya,” pungkas Solichin.
Narasumber lain, Kepala MTsN Kabupaten Semarang Hidayatun mengungkapkan, dalam proses siswa mengarungi masa digitalisasi yang pesat pergerakannya ini, orang tua dan guru berperan membantu dalam berbagai hal.
“Siswa akan berhadapan dengan potensi gangguan kecepatan akses informasi, bisa juga tersangkut soal privasi dan komunikasi secara anonimitas (pengguna tanpa identitas jelas), kekuatan yang seolah tidak terlihat seperti provokasi,” kata Hidayatun.
Webinar kali ini juga menghadirkan narasumber konsultan media Prasidono Listiaji, dosen UGM Frans Jalong, serta dimoderatori Amel Sannie juga Shafa Lubis selaku key opinion leader. (*)