BANYUMAS –Ada banyak keuntungan jika kita bisa terbuka untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi di era digital saat ini. Termasuk dalam dunia pendidikan, ada banyak kemudahan yang bisa diperoleh tak sekedar belajar secara daring atau berkomunikasi melalui berbagai platform digital.
Media Planner ceritasantri.id, Aina Masrurin mengungkapkan, dalam dunia pendidikan, para guru misalnya, kini tak perlu risau ketika melaksanakan ujian. Karena ada berbagai aplikasi yang bisa mendukung ujian tanpa kertas dengan hasil instan itu.
“Jadi guru bisa tak terlalu lelah melakukan koreksi ujian konvensional,” kata Aina saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Tatanan Pembelajaran Di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (23/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Aina mencontohkan aplikasi untuk guru menggelar ujian secara daring tanpa kertas melalui aplikasi seperti e-ujian.com. Melalui aplikasi ini para guru juga sekolah tak harus direpotkan seperti memasang software tambahan, namun dapat menyelenggarakan ujian secara online yang terkontrol baik, tanpa kertas dengan mudah.
Dari platform e-ujian.com itu, telah banyak pihak memanfaatkannya. Karena tercatat ada 434 lembaga aktif, 196.766 peserta ujian di 60 titik dan 458 sesi ujian telah diikuti. “Pengetahuan memanfaatkan aplikasi seperti itu menjadi bagian dari kecakapan digital, yang membantu memudahkan tugas-tugas guru, khususnya di masa pandemi ini,” tegas Aina.
Aina mengatakan kecakapan belajar daring melibatkan kemampuan menjaga semangat belajar secara online. Contohnya dorongan menyusun jadwal menggunakan Google Calender.
“Siswa didorong mampu memanfaatkan internet untuk mengerjakan tugas, memakai hasil pencarian atau search engine sekaligus mampu memfilter fakta dan hoaks dengan mencari sumber-sumber terpercaya,” urainya.
Aina menegaskan, di era digital ini tak perlu ragu mencari tahu perkembangan, aplikasi, atau inovasi apa saja yang sudah ditemukan untuk memudahkan kerja-kerja konvensional. “Kuncinya mau bertanya agar menjadi mengerti,” tegas dia.
Satu contoh platform pendidikan berbasis internet, kata Aina, bisa juga memanfaatkan platform Brainly. Platform digital ini menjadi tempat berbagi ilmu 350 juta siswa dan pakar edukasi untuk belajar bersama menyelesaikan soal-soal yang paling rumit sekalipun.
“Mulailah berpikir bahwa teknologi menjadi penunjang masa depan dan dibuat untuk membantu memecahkan masalah setiap orang, termasuk siswa,” kata dia. Aina mengingatkan, meski terbantu dengan kemudahan platform dan aplikasi, tetapi pengasuhan siswa oleh orangtua tetap tidak dapat dipindahtangankan terhadap canggihnya teknologi.
“Ajari anak mampu menjalin relasi dengan teman sebaya ataupun mentor atau guru agar efektif sebagai teman belajar,” terangnya.
Narasumber lain webinar ini, pegiat literasi Yanuar D.Saputra mengatakan, secanggih apapun kemajuan teknologi, aspek yang tak boleh diabaikan adalah soal kemanan digital.
“Keamanan digital jadi hal tak terelakkan karena ruang digital saat ini disesaki begitu banyak dan tidak terbatasnya akses serta jumlah pengakses. Tidak semua pengakses ruang digital memiliki niat baik, ada pula yang berniat jahat jika kita lengah,” tegas dia.
Gangguan keamanan digital mulai dari pencurian data, perusakan sistem dan akses ilegal akan merugikan pengguna.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber praktisi pendidikan Yuni Wahyuning, dosen UGM Iva Ariani, serta dimoderatori Oka Fahreza juga Adinda Daffy selaku key opinion leader. (*)