GROBOGAN – Pesan serius ini sudah lama ditulis Ebiet G Ade, penyanyi balada senior kita. Dalam satu lagunya, ia melantunkan: ”Mungkin Tuhan mulai bosan, bersahabat dengan kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa dosa.” Ini fenomena yang meresahkan Jevin Julian, pemenang dua kali Remix Vice AMI Award Indonesia.
”Salah dan dosa yang sering kita buat zaman now itu, kepoin urusan orang. Sebagian kita udah klak-klik nulis ancaman nada canda, tapi bikin ndak tenang hidup orang. Bahkan bullying internet di banyak tempat, membuat beberapa orang bunuh diri. Ngerjain orang dan berdampak buruk, tapi justru bangga. Itu perilaku netizen kita dalam beberapa kasus yang kita malah ndak nyaman dan aman. Jangan karena cuma semudah mencet jemari, kita bisa semaunya di dunia digital,” ujar Jevin.
Ia melanjutkan, sebagai warga digital, mestinya jangan sembarang kepoin urusan orang. Biar kita dan mereka sama-sama nyaman. Jangan salah dan malah bangga dengan itu semua. ”Dosa dan pahala Anda semua kini ditentukan dengan ulah benar atau salah jari Anda. Jadi, hati-hati mainkan jarimu,” pesan Jevin Julian, saat tampil sebagai key opinion leader dalam webinar literasi digital: Indonesia Makin Cakap Digital, yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Grobogan, 5 Juli 2021.
Karena itulah, meski dua kali berhasil tampil jawara kontes musik kelas dunia, tidak membuat Jevin jumawa dan sok ngartis. Sampai sekarang, ia mengaku menghitung betul kapan meng-upload omongan atau komentar di beberapa akun pribadi medsosnya. Baru kalau ada karya lagu yang akan ia posting di Youtube atau hendak ia share ke label yang bakal jadi jualan, ia cek dulu link dan kontennya, akurat dan aman belum.
”Jangan sampai salah sasaran dan merugikan orang, lalu menimbulkan masalah. Apa yang kita pikir bagus, belum tentu bagus di mata orang lain. Akun kita di dunia maya bisa dilihat jutaan orang dengan beragam pandangan beragam. Tetap pikirkan sikap orang lain. Jaga betul jejak digitalmu di dunia maya,” kata Jevin mewanti-wanti peserta diskusi daring bertopik ”Beraktivitas di Dunia Digital yang Aman dan Sehat”, yang diikuti ratusan peserta dari seputar Grobogan.
Jevin tampil bersama empat pembicara: Dr. Ahmad Sururi (dosen Universitas Serang Raya, dan anggota IAPA), Risqika Alya Anwar (fasilitator Kaizen Room yang juga operator PT Cipta Manusia Indonesia), Ahmad Ghozy (pekerja sosial, yang juga fasilitator ketangguhan keluarga), dan Sudarman (staf ahli DPD RI). Webinar dimoderatori oleh presenter Hary Perdana.
Soal mencegah ulah hacker dan solusi agar tak terpapar hoaks cukup menggelisahkan Fitri Ainurahman, salah satu peserta webinar yang tekun dan antusias mengikuti diskusi. Ia ingin langsung mendapatkan jawaban solutif terkait pertanyaan yang ia ajukan ke pembicara Ahmad Sururi, saat mendapat kesempatan bertanya oleh moderator.
”Biasakan sering update password kita di semua akun pribadi medsos. Usahakan yang unik dan jangan sampai ke-share orang lain. Meski mudah dihapal, jangan biasakan buat password nomor rumah atau tanggal lahir kita. Sekarang ada aplikasi yang bisa membuka data itu dan bisa di-link ke nomor e-KTP kita. Jangan main-main, hacker makin canggih. Banyaklah membaca buku dan literasi digital yang akuntabel. Baca media mainstream yang terpercaya. Kalau suatu info itu benar, biasanya dimuat di sana, bukan mempercayai postingan akun pribadi. Biasakan kroscek hoaks dengan info-info di media akuntabel,” begitu jawab Ahmad Sururi.
Menjaga jejak digital yang aman juga menjadi tips yang ditunggu Ayu Martaning, peserta lain, saat ia diberi kesempatan bertanya dan dia emilih Risqika Alya Anwar untuk menjawabnya. ”Tergantung Mbak Ayu ke depan mau mem-branding diri pengin dikenal sebagai apa, pengusaha atau politisi atau pribadi yang terhormat, simpatik dan disegani? Kuncinya, jangan sembarang mengomentari apa yang diposting dan konten yang di-upload orang, apalagi yang tidak kenal, dan dipikir lagi untung ruginya komentar Anda buat Anda, dan pasti buat orang lain,” jawab Risqika.
Risqika menambahkan, hal itu sangat menentukan brand diri kita agar terjaga positif dan ditangkap orang banyak bercitra positif. ”Kalau kita sering menebar komen positif, kita bakal terjaga. Sebaliknya, kalau biasa kasar dan asal beda biar terkenal. Nah, kalau terkenal bercitra buruk, kita sendiri yang akan rugi di masa depan. Jadi, kontrol betul komentar kita di medsos,” pungkas Risqika. (*)