SEMARANG – Terampil belajar daring agar target dan tujuan pembelajaran tercapai seyogyanya dilakukan dengan cara belajar yang asyik. Agar belajar berlangsung asyik dan tidak membosankan, maka buatlah materi belajar yang kreatif dengan memadukan visual video, gambar, audio, dan cerita. Kemudian, sampaikan materi secara interaktif, artinya ada pembicaraan dan hubungan interaksi dengan anak didik.
”Selain itu belajar asyik juga butuh kolaborasi yang menyenangkan, bisa dengan komponen keluarga atau lingkungan,” tutur seorang entrepreneur teknologi Erlan Primansyah saat menjadi pembicara pada webinar literasi digital bertema ”Saatnya Siswa dan Guru Terampil Belajar Daring” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat, 27 Agustus lalu.
Erlan Primansyah mengatakan, pendidik dalam metode belajar daring dituntut untuk menjadi seorang yang kreatif. Karena dengan hanya memakai internet kita harus dapat membuat materi yang sungguh menggugah naluri anak menjadi tertarik untuk mengikutinya. Selain kreatif, juga harus memberikan jejak memori dalam pikiran si anak.
”Karena itu kita harus memakai media pembelajaran yang dapat menyampaikan hal tersebut, di antaranya media pembelajaran visual, audio, dan audio visual,” sebut Erlan Primansyah.
Menurut Erlan, media visual ialah materi disampaikan dalam bentuk visual atau gambar tanpa disertai suara. Sehingga dalam hal ini yang diajak bermain adalah mata atau indera penglihatan si anak didik. Metode dengan media visual ini membantu mewujudkan gambaran abstrak menjadi nyata.
”Guru dapat memberikan materinya dalam bentuk visual, atau memberikan perintah ke anak didik untuk membuat suatu visual, baik itu yang dari pemikiran mereka maupun dengan arahan dari gurunya, berupa poster, gambar, atau grafis,” jelas Erlan.
Sedangkan untuk media audio, materi disampaikan dalam bentuk audio, sehingga dalam hal ini yang dilibatkan adalah indera pendengaran.
Materi dapat berupa bahasa lisan, kata-kata, atau bunyi-bunyian yang disampaikan sedemikian rupa sehingga anak didik akan berusaha fokus mendengarkan atau mencoba membayangkan suara apa yang mereka dengar. Contohnya, rekaman suara, rekaman pembicaraan, atau bunyi-bunyian.
Kemudian yang terakhir media audio visual. Dibandingkan dengan media visual dan audio, media audio visual lebih menantang bagi guru untuk dilakukan. Mungkin sebagian besar akan berpikir sulit untuk mewujudkannya. Karena yang terpikirkan saat ini adalah seperti sebuah animasi film yang rumit. Padahal guru belum tentu memiliki keahlian seperti itu.
”Pendapat seperti itu tidak salah, tetapi juga kurang tepat karena ada pilihan lain. Misalnya, audio visual yang merupakan kumpulan dari beberapa gambar diam yang diberi efek gerakan serta ditambahkan dengan suara. Bisa juga, audio visual gerak yang memakai gambar bergerak yang disertakan narasi cerita berupa suara, maupun audio visual film cerita,” papar Erlan.
Erlan menambahkan, dengan film dan video siswa dapat melihat secara nyata sebuah obyek normal tanpa harus melihatnya secara langsung. Sehingga dapat melengkapi apa yang telah mereka baca atau dapatkan dari pelajaran-pelajaran sebelumnya.
Narasumber lain dalam webinar ini, Kepala MTs Negeri 3 Purworejo Fitriana Aenun menyatakan pembelajaran daring mempunyai karakter, yakni pemisahan antara pengajar dan pembelajar, penggunaan media yang menghubungkan guru dan pembelajar, berlangsungnya komunikasi dua arah, memperhatikan pembelajar sebagai individu yang belajar, dan pendidikan sebagai industri.
Menurut Fitriana, kelebihan pembelajaran daring yaitu sebagai wadah meningkatkan kemampuan dibidang penguasaan teknologi bagi guru dan siswa sebagai wujud mempersiapkan tantangan era industr 4.0, serta meningkatkan kemandirian pada siswa. Kemudian fleksibel dan menumbuhkan sikap disiplin dan tanggung jawab siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
”Selebihnya, dapat meningkatkan kreativitas guru yakni dalam mendesain materi pelajaran dalam bentuk video pembelajaran yang menarik bagi siswa dan untuk siswa mengasah kreativitas dengan mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru,” jelas Fitriana.
Dipandu moderator kreator konten Mafin Rizqi, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Saeroni (Head of Studies Center for Family and Social Walfare), Moch. Fakthuronji (Kasi Pendidikan Madrasah Kantor Kemenag Kota Semarang), dan Rosaliana Intan Pitaloka selaku key opinion leader. (*)