SEMARANG – Menjaga tetap ramah saat membalas chat adalah kunci pintu masuknya order di bisnis digital. Sering terjadi, saat merespon chat dari calon buyer kita kurang bersikap ramah dan ketus menjawab. Apalagi kalau ujung dari chat si calon buyer tak jadi beli, sering kita mengetik balasan chat dengan nada sewot.
”Padahal, kalau kita bersikap sopan, manis menjawab dengan lembut bahasa dari jemari kita, hasilnya bisa berbeda. Saat mereka bilang ndak minat, kita jawab enak: ’Ndak papa Mbak atau Mas, terima kasih sudah menanyakan produk di toko kami’. Nah, pembeli yang suka studi banding dulu, survei cepat di beberapa online shop untuk sekadar melihat barang dan bandingkan harga, bisa berubah pikiran kalau respon kita paling lembut dan sopan,” kata praktisi pendidikan, Anggraini Hermana.
Bukan mustahil juga, lanjut Anggraini, karena kepincut dengan keramahan kita, si calon buyer tadi akhirnya malah mborong atau ngasih orderan dalam jumlah banyak.
”Banyak kejadian begitu lo. Bisnis di dunia digital dan di toko nyata itu sama, keramahan juga mengundang simpati karena yang ditawari manusia berhati. Bedanya hanya ketemu langsung atau lewat perangkat digital,” lanjut Anggraini saat memantik diskusi dalam webinar literasi digital bertema ”Etika Pelayanan dalam Berbisnis Digital” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kota Semarang, 6 Juli 2021.
Pengalaman simpatik dalam pelayanan bisnis digital juga dibagi oleh key opinion leader, presenter Venabella Arin, yang juga meramaikan diskusi yang diiikuti ratusan peserta lintas profesi dan generasi itu. Arin pernah belanja elektronik di toko secara online. Nah, ketika barangnya datang, ternyata tak sesuai dengan yang ia pesan. Arin pun marah dan hendak komplain.
”Semula kita emosi dan menyalahkan penjual onlinenya. Tapi rupanya mereka merespon chat complain dengan minta maaf dulu ada kesalahan pada mereka. Nah, karena mengaku salah dan pihak toko minta maaf, saya pun luluh dan meredam emosi. Akhirnya komplain bisa diganti, tapi situasinya sejuk tak emosi lagi. Ini yang bikin saya di lain waktu pengin belanja dan jadi langganan toko tersebut,” cerita Arin.
Anggraini dan Arin membagi ceritanya dalam webinar program literasi digital dengan tema besar Indonesia Makin Cakap Digital. Program nasional yang digelar oleh Kementerian Kominfo untuk warga Kota Semarang itu dipandu oleh moderator Rara Tanjung dengan juga menampilkan tiga pembicara lain yang tak kalah seru: Widiasmorojati, seorang konsultan bisnis; Risqika Alya Anwar, fasilitator Kaizen Room dan operator PT Cipta Manusia Indonesia; dan Sigit Rahmanto, jurnalis Radar Jateng.
Hal yang tidak kalah penting dalam pelayanan bisnis online, menurut Widiasmorojati, pembicara lain, adalah kejujuran. Kita mesti menyampaikan dengan jujur lewat deskripsi dan foto atau dengan video kondisi barang yang ditawarkan.
”Jangan berlebihan deskripsinya, agar kita tak memberikan ekspektasi berlebih pada pembeli, dan bisa menuai komplain kalau ternyata barang yang dikirim tidak sesuai harapan saat dijanjikan. Kejujuran sangat penting dalam menjual barang di pasar online agar tak mengundang komplain,” pesan Widiasmoro.
Indah Susilowati salah satu peserta webinar tunjuk jari. Dia bilang, sikap ramah saja rasanya tak cukup buat mendongkrak usaha fashion muslimnya di hari biasa. Indah minta tips dan saran dari Widiasmoro terkait solusinya. Widiasmoro menjawab dengan mengatakan, di saat pandemi dan banyak orang di-PHK, daya beli masyarakat memang menurun drastis. Sehingga, yang dibeli juga mengikuti skala prioritas. Beli baju muslim mungkin ditunda, yang penting makanan sehat dulu. Jadi, saran Widiasmoro kepada Indah, tak ada salahnya sementara ganti produk dulu dengan menjual beragam makanan sehat. Intip di beragam marketplace, makanan apa yang paling dicari.
”Amati, tiru dan modifikasi, agar produk baru Mbak Indah punya pembeda yang unik di pasar. Itu akan lebih mudah dijual, apalagi dengan keramahan dan kesabaran Anda. Karena, apa pun yang Mbak Indah berikan pada pelanggan akan ditangkap bagus bagaimana kualitas diri Anda dalam berbisnis. Dan, itu akan jadi jejak digital positif buat Mbak Indah,” jawab Widiasmoro, menuntaskan diskusi. (*)