KEBUMEN – Pendidikan daring mengajak para warga pendidikan harus mau menerima dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi sebagai sarana pembelajaran. Yaitu dengan mengintegrasikan empat pilar literasi digital dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, (27/9/2021).
Content creator Mafin Rizqi mengajak empat narasumber berdiskusi tema “Adaptasi Empat Pilar Literasi Digital” dari perspektif empat pilar literasi digital: digital skill, digital safety, digital ethics, dan digital culture.
Kepala MAN 1 Kebumen Sodikun menjelaskan bahwa media digital seharusnya diisi dengan budaya-budaya yang baik sehingga bisa menjadi teladan bagi generasi selanjutnya. Tantangan di media digital banyak sekali ditemukan konten-konten negatif seperti penipuan digital, fitnah, berita bohong dan akan terus bermunculan jika tidak ada partisipasi positif untuk meminimalisirnya.
Dari perspektif agama, jika konten negatif masih ditemukan di ruang digital berarti sebagai warga Indonesia yang beragama belum bisa menginternalisasikan ajaran agama di kehidupan digital. Ia mencontohkan perundungan di medsos sebagai bentuk perilaku negatif yang tidak diajarkan dalam agama, bersenda gurau di ruang publik diperbolehkan namun tidak dengan niat menjatuhkan, memperburuk orang lain.
“Kita ada konsep tabayyun atau oleh Kemenag adalah moderasi, yaitu sikap untuk bisa berada di tengah-tengah. Itu menjadi hukum dan pedoman dalam bermuamalah di media sosial,” jelas Sodikun kepada 150an peserta webinar.
Dengan konsep tabayyun, pengguna media digital dapat membangun budaya bermedia yang positif. Dengan berpegang pada pilar kebangsaan, menanamkan keberagaman dan inklusivisme, serta menjunjung nilai-nilai tasamuh atau lapang dada, serta menjauhi ujaran kebencian.
“Sebagai warga digital berkewajiban untuk menanamkan nilai yang baik. Melawan konten negatif dengan membudayakan membaca secara keseluruhan sebelum berbagi informasi, cek fakta dan kebenaran informasi, dan mempertimbangkan penting tidaknya informasi dan dampak serta manfaatnya. Melawan ujaran kebencian dengan kebaikan, atau jika menemukan konten negatif bertindak untuk melapor,” jelasnya.
Kebiasaan-kebiasaan baik tersebut harus ditanamkan kepada siswa-siswi agar dapat membentuk generasi yang baik dengan budaya yang baik.
Trainer jurnalisme televisi Edy Budiyarso menambahkan siswa-siswi perlu diajari prinsip etis bermedia dengan menerapkan etiket pergaulan di dunia nyata saat berinteraksi di ruang digital. Menghargai perbedaan, tidak memonopoli media sosial dari konten provokatif, tetap berpikir kritis dan penggunaan akal budi dalam menerima dan membagi informasi. Agar penggunaan internet menjadi nyaman tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga orang lain.
“Dalam bermedia sosial ada jejak digital yang menjadi bukti “dosa dan pahala” atas perilaku yang dilakukan oleh sebab itu jangan mudah membuat unggahan jika itu dapat menimbulkan kerusuhan. Kesalahan yang kita buat di media sosial, algoritma akan mencatatnya dan jejak digital akan selalu ada,” ujar Edy Budiyarso.
Media sosial kerap menjadi alat dalam membentuk opini publik dan membentuk profile diri. Framing media sosial kerap terjadi, khususnya pada masa-masa jelang pemilu. Karakter masyarakat yang mudah dipengaruhi akan menimbulkan polarisasi sehingga terjadi benturan, oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis warganet perlu ditingkatkan.
“Etika digital menunjukkan karakter penggunanya, dan saat ini banyak institusi yang melihat pada profile media sosial sebagai alasan pertimbangan diterima atau tidaknya seseorang ketika melamar pekerjaan. Di sini dapat dilihat bahwa dampak dari media digital itu tergantung bagaimana pengguna memanfaatkannya,” tambah Edy.
Media sosial dapat bermanfaat kebaikan ketika digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, menambah informasi yang positif, menjalin jejaring, sarana silaturahmi, atau pengganti komunikasi dan interaksi langsung.
Webinar literasi digital kali ini juga menghadirkan digital marketer expert Eko Sugiono, Researcher Paramadina Public Policy Septa Dinata. Serta 2nd Runner Up The New L-Men of The Year 2020 Fadhil Achyari sebagai key opinion leader. Melalui webinar yang diselenggarakan secara serentak ini, pemerintah mengajak masyarakat untuk terus meningkatkan kecakapan literasi digital dalam menghadapi transformasi teknologi yang berkembang sangat pesat. (*)