KENDAL – Identitas digital yang membentuk dan mengabadikan gambaran tentang siapa kita di dunia digital bisa menjadi lebih detail dari yang kita bayangkan.
“Konsekuensi dengan resiko itu, dari saat melakukan aktivitas daring maka ketahui jenis jejak digital yang ditinggalkan, pahami dampak yang mungkin timbul di kemudian hari karena jejak itu reputasi masa depanmu,” kata Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada, Zusdi F. Arianto saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Kemampuan Yang Wajib Dikuasai di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Senin (27/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti 600-an peserta itu, Zusdi menegaskan jejak digital menjadi satu bagian fenomena teknologi yang semakin canggih. Karena dapat membaca dan memetakan apapun kebiasaan pengguna sehari-hari dengan mudah. Mulai dari postingan, browsing Google Maps, hingga marketplace yang pernah disambangi.
“Namun yang lebih perlu diwaspadai, dari jejak digital itulah pintu masuk berbagai jenis kejahatan dimulai, terutama ketika jejak digital itu meninggalkan data pribadi,” kata Zusdi.
Potensi kejahatan dengan data pribadi mulai jual beli data, untuk keperluan iklan, untuk target politik, untuk pendaftaran akun pinjaman online, untuk keperluan pengambilalihan akun, dijadikan akun bayaran, kepentingan telemarketing, hingga untuk cyber bullying.
“Untuk menghindari kejahatan melalui jejak digital dan data pribadi itu, salah satunya dengan cara meningkatkan kompetensi untuk melindungi data pribadi kita,” ujar Zusdi.
Kompetensi itu seperti kemampuan membuat password atau sandi yang kuat serta berbeda untuk setiap akun, pahami pengaturan privasi di setiap akun, hati-hati mengunggah data pribadi, hindari membagikan data pribadi baik tempat tanggal lahir, nama ibu kandung, password hindari berbagi data pribadi orang lain di dunia maya, dan hindari wi-fi publik.
“Pilih aplikasi yang hanya mengakses data yang dibutuhkan dan update perangkat lunak untuk meminimalisir kebocoran. Waspada aktivitas komunikasi mencurigakan baik identitas akun yang kita kenal maupun bukan,” kata Zusdi.
Selanjutnya, Dosen Teknologi Informasi UNU Yogyakarta Anis Susila Abadi mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia berdasarkan asosiasi penyelenggara jasa internet Indonesia.
“Dalam situasi ini perkembangan dunia digital menimbulkan dua sisi yang berlawanan dengan pengembangan literasi digital,” katanya.
Berkembangnya peralatan digital dan akses informasi dalam bentuk digital mempunyai tantangan sekaligus peluang. Tantangannya, lanjut Anis, jumlah generasi muda yang mengakses internet sangat besar karena mereka menghabiskan waktu berinternet lebih dari 5 jam sehari.
“Namun, perilaku berinternet yang tidak sehat juga ditunjukkan dengan menyebarkan berita hoaks, ujaran kebencian, dan intoleransi,” kata dia. Anies menuturkan survei terbaru menunjukkan bahwa data akses konten berbau pornografi perharinya rata-rata 25.000 orang.
“Dari sisi peluang era digital, meningkatnya peluang bisnis e-commerce dan lahirnya lapangan kerja baru berbasis media digital serta makin banyak munculnya ekonomi kreatif,” kata dia.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber Reza Sukma Nugraha (dosen Universitas Sebelas Maret Solo), Nurly Meilinda (dosen Fisip Universitas Sriwijaya), serta dimoderatori Fikri Hadil juga Bella Ashari selaku key opinion leader. (*)