PEKALONGAN – Staf Pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Nyarwi Ahmad Ph.D mengatakan masyarakat digital bukan hanya masyarakat informasi, namun juga berupa masyarakat jaringan yang berbasis platform digital.
“Berkembangnya masyarakat digital atau digital society ini terbentuk dan dibentuk oleh perkembangan teknologi komunikasi digital khususnya internet dan sosial media,” kata Nyarwi saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Adaptasi Empat Pilar Literasi Digital untuk Siswa” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah, Senin (27/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti 200-an peserta itu, Nyarwi menuturkan masyarakat digital ini ditandai dengan tingkat penggunaan dan ketergantungan yang terus meningkat atau tinggi pada beragam jenis platform media digital. Dan para individu yang ada di dalamnya memiliki tingkat interaksi dan jejaring yang kuat dengan para individu dan organisasi atau institusi pengguna.
Beragam jenis platform media digital ini, lanjut Nyarwi, membawa konsekuensi munculnya beragam resiko baru. Salah satunya adalah terkait dengan peningkatan problem etika dalam komunikasi publik yang dilakukan melalui beragam jenis medium digital.
“Dari kondisi ini, kita perlu memiliki digital kompetensi karena karakter masyarakat berubah dari sekedar information society menuju network society,” urainya.
Nyarwi mengatakan di network society ini diperlukan literasi digital, khususnya etika digital. Problem-problem etis dalam interaksi dan komunikasi antar individu tidak lagi sekedar muncul dalam komunikasi langsung atau tatap muka. Namun sudah banyak yang bermigrasi ke platform digital.
“Kita perlu menggeser pola bahwa media komunikasi digital dari sekedar presentasi atau eksistensi diri di ruang publik digital, melainkan bagi pendidikan komunikasi untuk bersiap pada kehidupan profesional,” ujarnya.
Kehidupan profesional yang dimaksud seperti membranding diri, organisasi komunitas online, untuk bisnis dan e-commerce hingga untuk dakwah atau sosial keagamaan serta kegiatan kemanusiaan.
“Media komunikasi digital efektif untuk kegiatan advokasi sosial, pemberdayaan masyarakat, early warning system bencana sosial, bencana lingkungan dan bencana alam,” pungkas Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies itu.
Narasumber lain dalam webinar ini, Iman Sayekti selaku Kepala MTsN 2 Kabupaten Pekalongan menuturkan tuntutan pembelajaran di era teknologi jauh lebih mudah sekaligus bisa lebih sulit.
“Era digital menuntut intensnya berkomunikasi, kolaborasi, bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan menempatkan bakat keahlian dan kecerdasan, berpikir kritis melihat masalah dengan menghubungkan pembelajaran lintas mata pelajaran dan disiplin ilmu,” kata Sayekti.
Dalam menghadapi tantangan itu, peserta didik harus mencoba pendekatan baru untuk menyelesaikan sesuatu dan memunculkan inovasi dan penemuan yang bermanfaat serta relevan dengan jamannya.
“Prinsipnya di era industri 4.0 menuntut kemandirian dalam menyeimbangkan diri, aplikasi teknologi dalam segala aspek kehidupan, maka mau tak mau harus memperluas makna belajar dari di dalam kelas menjadi memakai berbagai segala sumber media berbasis internet untuk belajar,” kata dia.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber Deputy Head of Communication Department Binus University Jakarta Mia Angelina, pegiat seni tradisi Danu Anggada serta dimoderatori Amel Sannie juga Sonny Ismail selaku key opinion leader. (*)