CILACAP – Kepala MTsN 5 Sragen Muawanatul Badriyah menyatakan pentingnya etika berinternet saat ini karena pengguna internet bukan hanya dari satu wilayah saja. Melainkan berasal dari berbagai negara yang memiliki budaya, bahasa, adat istiadat, yang berbeda-beda.
“Bahkan dalam suatu negara pun tentunya masing-masing pribadi memiliki sifat cara berbicara, menulis, dan rasa humor yang berbeda-beda,” kata Badriyah saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Adaptasi Empat Pilar Literasi Digital untuk Siswa” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Senin (27/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Badriyah menuturkan pengguna internet merupakan orang-orang yang hidup dalam dunia anonymous. Yang tidak mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi.
“Hal ini membuat kita tidak saling mengenal, dalam arti kata yang sesungguhnya. Pengguna dunia maya mungkin tidak akan pernah bertatap muka dengan pengguna yang lain,” ujarnya.
Menurut Badriyah, sopan santun dalam berkomunikasi di internet diwujudkan seperti dalam chatting, kirim pesan status Facebook, berkicau di Twitter, menulis di blog website, dan berkomentar di media online.
“Etika perlu dipahami sebagai adab pergaulan di dunia maya, etika internet pada dasarnya sama dengan etika berkomunikasi di dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Seperti jujur, menggunakan kata-kata yang baik, sopan, ramah, serta berbicara jelas dan mudah dimengerti,” kata Badriyah.
Badriyah menambahkan, bagian penting dari etika berinternet adalah think before posting, berpikir dulu sebelum posting agar menjadi netizen yang cerdas. “Berpikirlah, siapa yang bisa baca postingan saya, apakah saya marah ketika posting ini ditujukan bagi saya? apakah saya terlalu membuka data atau info pribadi ? apakah saya lagi memperlihatkan keburukan saya ? apakah dapat menyinggung seseorang ? apakah orang bisa salah tangkap omongan saya?” tanya Badriyah.
Bagi Badriyah, netizen yang beretika tentu saja menghindari penyebaran SARA, pornografi dan kekerasan. “Menggunakan media digital mestinya diarahkan pada suatu niat, sikap, perilaku yang etis demi kebaikan bersama demi meningkatkan kualitas kemanusiaan,” kata dia.
Berikutnya, Misbahul Munir selaku pendamping UMKM Mikro menuturkan perlunya mitigasi keamanan dengan mengutamakan nilai moral dan aturan dalam berinteraksi di ruang digital. “Mitigasi ruang digital ini bisa melalui sikap saling menghormati, membentuk lingkungan yang mendukung agar setiap orang merasa percaya diri dan dihargai, merasa aman, nyaman, dan saling melindungi,” katanya.
Adapun interaksi ruang digital yang ada, kata Munir, adalah interaksi mengedepankan nilai moral kemanusiaan yang positif dan bermakna. “Pedoman komunitas di media digital beragam. Platform media sosial yang tersedia saat ini semua memiliki aturan main yang berapa di antaranya dituangkan dalam sebuah pedoman komunitas agar para anggotanya aman dan nyaman,” urainya.
Faktor kunci aman dan nyaman berada di ruang internet kata Munir adalah mengerti platform penggunaannya, mengerti sisi hukum, berhati-hati dengan emosi kontrol diri, menggunakan akal sehat, dan berpikir sebelum bertindak. “Pengguna perlu memahami sumber informasi mulai dari diri sendiri,” tandas Munir menutup paparan.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber Ketua Yayasan Dalang Banyumas Bambang Barata Aji, marketing & communication specialist Khoirul Anwar, serta dimoderatori Yesica juga Sheila Siregar selaku key opinion leader. (*)