GROBOGAN –Manusia yang bijaksana akan selalu menggunakan akal budinya yang sudah terbentuk melalui pengalaman dan pengetahuannya.
“Bijaksana dalam arti juga menjunjung etika khususnya dalam bermedia digital yang hampir dilakukan sebagian besar manusia saat ini,” kata dosen Universitas Muhammadiyah Malang Frida Kusumastuti saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Cerdas dan Bijak Berinternet: Pilah Pilih Sebelum Sebar” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (28/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti 600 lebih peserta itu, Frida mengatakan etika digital penting karena setiap orang atau netizen berpartisipasi dalam berbagai hubungan dengan banyak orang yang melintasi batas geografis dan budaya. Mereka bersama-sama menggunakan jejaring sosial blogging vlogging, game, pesan instan, mengunduh dan mengunggah serta membagikan berbagai kontan hasil kreasi mereka ke ruang digital yang sama.
“Maka segala aktivitas digital di ruang digital dan menggunakan media jelas memerlukan etika digital, agar hubungan di ruang digital bersama itu tidak saling merugikan satu sama lain,” kata dia.
Frida memberi catatan atas survei Microsoft tahun 2020 yang menyasar 50.000 orang di 32 negara dan mencatat netizen Indonesia menjadi netizen paling tidak sopan di Asia Pasifik. “Setiap akses, interaksi, partisipasi, kolaborasi, ada kesadaran kebajikan, tanggung jawab, dan integritas,” kata Frida.
Butuh kesadaran dalam menyediakan waktu untuk berpikir sejenak sebelum interaksi dilakukan dalam bentuk komentar atau mengunggah di ruang digital, butuh tanggung jawab dalam arti rela dikonfirmasi dan siap konsekuensi, butuh integritas yang artinya mengutamakan kejujuran, otentik, tidak manipulatif dan perlu kebajikan untuk peduli dengan kemanusiaan serta menjaga martabat sebagai manusia.
Narasumber lain dalam webinar ini, content writer dan penerjemah Zulfan Arif menuturkan merujuk pernyataan Menkominfo Johnny G. Plate tantangan di era digital revolusi industri 4.0 mendorong disrupsi teknologi digital berlangsung dengan sangat pesat sehingga mempengaruhi tatanan perilaku masyarakat.
“Keteraturan yang umumnya muncul dalam pola interaksi sosial kini turun terdisrupsi mengaburkan beragam batasan dan norma-norma sosial,” ujar Zulfan.
Menurut Zulfan, indikator pertama dari kecakapan dalam budaya digital tentu saja bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki era digital, secara otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks ke Indonesiaan sebagai warga negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab yang meliputi hak dan kewajiban untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya.
“Yang mana aktivitas bermedia digital harus berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan yakni Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika,” kata dia.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber Content Creator Muhammad Adnan, dosen Universitas Budi Luhur Jakarta Anggun Puspita Sari serta dimoderatori Glenys Octania juga Astira Vern selaku key opinion leader. (*)