REMBANG – Pengguna internet merasa bebas melakukan apa saja karena berpikir tidak akan diketahui alias anonim. Hal ini membuat mereka merasa jauh lebih nyaman mengutarakan kebencian di dunia maya dibanding dunia nyata.
Realitas itulah yang menggerakkan Dosen Fakultas Dakwah & Komunikasi IAIN Salatiga, Rifqi Fairuz, mengajak warga digital untuk selalu mengedepankan etika dan berbudaya supaya ruang digital terbebas dari ujaran kebencian.
“Yuk, jaga budaya digital kita supaya tetap beretika dan berbudaya,” ujarnya saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Kamis (15/7/2021).
Melalui webinar yang mengusung tema ”Bebas dan Terbatas dalam Berekspresi di Dunia Digital” kali ini, kontributor tetap website Islami.co Lakpesdam NU Salatiga itu juga mengajak untuk memahami hak dan kewajiban digital.
Pastikan orang lain memiliki hak yang sama sehingga terpenuhi kewajiban menjaga harkat, martabat, reputasi dan norma.
Menurut Rizqi, budaya digital memang penuh tantangan. Batasan privasi sepertinya makin kabur. Dunia digital ibarat panggung budaya asing yang bermacam-macam sehingga rawan penyalahgunaan kebebasan berekspresi maupun pelanggaran hak cipta.
Belum lagi adanya netizen yang tidak sopan memancing emosi, melakukan provokasi maupun menggiring untuk percaya opini tertentu. Semua itu perlu disikapi dengan batasan aturan maupun nilai-nilai budaya.
Narasumber lainnya praktisi pendidikan, Anggraini Hermana, menyebutkan dunia digital adalah gambaran umum yang berhubungan dengan modernisasi. Dunia digital disebut juga wadah manusia modern di mana mereka melakukan segala kegitan.
Sama dengan Rizqi, dia menyarankan agar warga digital memperhatikan dengan siapa melakukan interaksi. “Klasifikasikan atau sesuaikan penggunaan gaya Bahasa. “Mana yang ‘perlu’ kita respons dan yang ‘tidak perlu’ kita respons,” ucapnya.
Inilah pentingnya pengendalian diri dalam menyikapi sebuah postingan. “Perhatikan dampak dari apa yang akan kita posting. Dengan memahami batasan dalam sebuah ruang digital yang bebas namun terbatas mari kita berekspresi yang menginspirasi,” ajaknya.
Tak lupa, Anggraini juga berbagi tips agar nyaman saat berada di dunia digital dengan cara senantiasa memperhatikan waktu, pahami batasan dalam berdigital, perhatikan aspek kesehatan, berdisiplin menghapus file yang tidak diperlukan serta membiasakan diri dengan budaya membaca.
Dipandu moderator Fernand Tampubolon, webinar juga menghadirkan narasumber Rizqika Alya Anwar (Head of Operation PT Cipta Manusia Indonesia), A Firmannamal (Praktisi Kehumasan Kementerian Sekretariat Negara RI) dan Finalis Putri Indonesia 2020, Eudia Octavia, selaku key opinion leader. (*)