Bantul – Konsep besar pendidikan yang dicetuskan Ki Hadjar Dewantara hingga sekarang tetap relevan. Tiga elemen utama yaitu keluarga, masyarakat dan sekolah tidak boleh dipisah-pisahkan melainkan saling mendukung dan terkait satu sama lain. Dengan begitu akan terbentuk generasi yang berkarakter budaya Indonesia.
Pada era digital saat ini, pendidikan karakter rupanya masih penuh tantangan. Dunia digital tanpa batas wilayah negara semakin memudahkan masuknya pengaruh negatif dari luar dan dikhawatirkan menggoyahkan ketangguhan budaya nasional.
CEO pasardesa.id, M Sholahuddin Nur Azmy, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Bantul, DIY, Jumat (16/7/2021), melihat masih ada aspek pendidikan yang perlu diperbaiki.
Pelajar sekarang cenderung kurang memiliki sikap hormat kepada sosok yang lebih tua. Selain itu, karakter kejujuran, keterbukaan dan kemampuan tanggung jawab sepertinya bukan lagi menjadi fokus perhatian.
Inilah pentingnya mengembangkan sistem pendidikan sekolah yang berdaya sehingga tercipta subyek pembelajar yang tumbuh kontekstual dan mampu menjawab tantangan kehidupan.
Sholahudin lantas menawarkan Akademi Desa sebagai model sistem pendidikan untuk meleburkan kembali Tri Pusat Pendidikan sebagaimana diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Ekosistem pendidikan hendaknya dibangun dengan asah, asih, asuh yang saling menopang di antara Tri Pusat Pendidikan itu sendiri, termasuk penggunaan bahasa daerah dalam pembelajaran muatan lokal.
Arah kebijakan pembangunan pendidikan dan pengembangan pengetahuan lokal bisa berbentuk merevitalisasi sistem pendidikan melalui sistem pendidikan alternatif yang berbasis kultur desa dalam wadah Akademi Desa.
Akademi tersebut sekaligus bisa menjadi saintifikasi pengetahuan lokal, pengakuan kompetensi dan salah satu jenjang pendidikan yang sejajar dengan pendidikan formal.
Webinar bertema ”Peluang dan Tantangan Pendidikan Karakter di Era Digital” ini juga menghadirkan narasumber lainnya, Iis Lathifah. Dia adalah Dosen Universitas PGRI Yogyakarta.
Berbicara soal peluang dan tantangan pendidikan karakter pada era digital, dia berpendapat perlu memasukkan tentang literasi digital sehingga terbentuk karakter yang berkualitas. “Sejatinya pendidikan yaitu membuat individu dari apa adanya menjadi yang seharusnya,” ungkapnya.
Dicontohkan, pada masa pandemi semua guru dituntut mampu mengajar jarak jauh dengan bantuan perangkat teknologi digital. Artinya teknologi itu berdasarkan keilmuan yang tepat guna.
Guru harus memiliki perangkat pembelajaran online berupa komputer atau laptop, smartphone, paket data, sinyal dan ide kreatif untuk menggunakan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Inilah pentingnya guru memiliki kecakapan digital.
Webinar yang dipandu Moderator Rara Tanjung juga menghadirkan narasumber Ahmad Syaifulloh (Wakil Ketua Bidang Akademik STAI Khozinul Ulum Blora), Akhmad Ramdhon (Staf Pengajar Sosiologi FISIP UNS), dan Ngadiya (Kepala SMAN 1 Bantul, Ketua MKKS SMA/MA Kabupaten Bantul) selaku key opinion leader. (*)