SURAKARTA- Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta memastikan pembangunan overpass Purwosari bakal terealisasi. Sebab, proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakayat (Kemen PUPR) itu sudah masuk lelang.
Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmoko mengatakan, rencana awalnya pembangunan memang dimulai tahun ini. Tapi karena persiapannya terputus Pemilu 2019 dan menunggu overpass Manahan selesai dulu, makanya dianggarkan lagi pada 2020.
Sebelumnya, pada 2018 Satuan Kerja (Satker) Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) Jawa Tengah sudah menargetkan jika proyek overpass dimulai awal Januari dan berlangsung hingga 12 bulan sesudahnya. Guna mendukung realisasi rencana itu, tender proyek dijadwalkan digelar November 2018.
Namun kini penantian itu seolah terjawab. Pemerintah pusat tengah menenderkan proyek tersebut.
Laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) kementerian terkait menunjukkan, saat ini proses lelang tengah memasuki tahap penetapan hasil kualifikasi dan pengumuman hasil prakualifikasi. Seluruh proses lelang proyek senilai lebih dari Rp 150 miliar itu ditargetkan selesai awal Desember.
“Kami memakai skema tahun jamak (multiyears), karena sisa waktu pada tahun anggaran (TA) 2019 hanya kurang dari empat bulan. Sementara waktu selama dua bulan sudah digunakan untuk lelang,” ungkap Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VII Semarang, Akhmad Cahyadi.
BBPJN VII Semarang merupakan unit di bawah Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Kemen PUPR, yang membawahi area kerja Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. “Jadi akhir tahun ini persiapan pembangunan overpass Purwosari dimulai. Selesainya akhir 2020,” imbuh Akhmad.
Secercah asa bagi para pengguna Jalan Slamet Riyadi yang tiap hari menyeberangi perlintasan sebidang Purwosari, mulai terbit. Mereka pasti setuju, bilamana perlintasan sebidang itu menjadi biang kemacetan, setiap kali kereta api (KA) melintas.
Pada jam sibuk atau akhir pekan, antrean kendaraan bahkan bisa mengular hingga pertigaan Jalan Sam Ratulangi di sisi barat atau pertigaan Jalan Agus Salim di sisi timur perlintasan.
Akhmad menjelaskan, tidak ada perubahan mendasar terhadap desain overpass sekalipun pembangunannya tertunda.
Permukaan Jalan Slamet Riyadi yang menjadi titik awal overpass dari arah barat dimulai dari simpang tiga Jalan Sam Ratulangi. Adapun dari arah timur, titik awalnya berada di depan kantor PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). “Bentuknya tetap huruf I, panjang lintasan sekitar 600 meter.”
Pertimbangannya kementerian atas desain jalan layang tersebut, tetap dititikberatkan kepada aspek nonteknis. Salah satunya, apabila fly over dibangun berbentuk huruf Y dan salah satu ujungnya berada di Jalan Agus Salim, maka akan banyak lahan privat yang terdampak.
“Itu nanti butuh pembebasan lahan, yang biayanya mungkin lebih besar dibanding pembangunan fly over sendiri,” tegas Akhmad.
Apalagi saat berlangsungnya pembangunan overpass, aktivitas warga dan pengendara di sejumlah ruas sekitar perlintasan sebidang juga sudah terimbas. Mulai Jalan Ahmad Yani, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Hasanuddin, Jalan Agus Salim, Jalan Transito, Jalan Dr Radjiman, Jalan Samanhudi dan Jalan Perintis Kemerdekaan.(redaksi)