BOYOLALI – Gegap gempita dunia digital menyediakan banyak ruang dan peluang. Jenis-jenis pekerjaan yang pada era analog sama sekali tidak ada kini bermunculan. Tinggal pilih. Semuanya bisa menghasilkan cuan, asalkan dijalani dengan kesungguhan, profesional serta memiliki visi ke depan.
Berbicara sebagai narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin (19/7/2021), Dosen DKV Universitas Sahid Surakarta sekaligus Owner Roycool Studio, Ahmad Khoirul Anwar, membahas satu demi satu beragam profesi baru di era digital itu.
“Bekerja dari rumah masih akan jadi pilihan hingga beberapa waktu ke depan. Bekerja dari rumah berarti seorang pekerja menggunakan koneksi pribadi,” ujarnya pada webinar yang kali ini mengusung tema ”Trend Pekerjaan dan Usaha Digital”.
Adapun jenis-jenis pekerjaan baru itu, pertama, digital marketing, profesi di bidang pemasaran dengan memanfaatkan platform digital. Mereka bertanggung jawab atas branding suatu produk. Profesi ini juga tidak mengharuskan pekerjanya bertatap muka dengan atasan di kantor.
Kedua, trader dan investor. Profesi ini sedang digandrungi masyarakat modern karena mampu memberikan cuan cukup besar namun risikonya sebanding. Hanya dengan hitungan detik, trader bisa meraup jutaan rupiah atau sebaliknya mengalami kerugian dengan jumlah yang sama bahkan lebih besar.
Ketiga, bisnis online. Inilah salah satu alternatif pekerjaan yang diminati dan bisa dikerjakan sambil rebahan di rumah, memasarkan barang secara virtual demi mendapatkan uang.
Keempat, programmer, dengan tugas utama menciptakan program komputer.”Pekerjaan tersebut juga bisa dilakukan di rumah atau di kafe sesuai keinginan si programmer,” jelasnya.
Selanjutnya ada content creator, gamer, desain grafis, web desainer, motion graphic artis, video mapping artis dan masih banyak lagi.
Dengan semakin canggihnya perangkat digital, semua jenis pekerjaan itu sifatnya fleksibel, bisa dikerjakan di mana saja. Mereka bisa mengerjakan tugas membuat konten dari rumah dan mengirimkannya ke kantor dengan memanfaatkan jaringan internet.
Meski dikerjakan di balik layar komputer namun bayaran yang diterima tidak sedikit. Hanya saja, pekerjaan-pekerjaan itu menguras cukup banyak waktu dan membutuhkan keahlian khusus. Mereka rela berjam-jam di depan komputer hanya untuk menghasil karya berdurasi detik sampai menit.
Hanya saja, Ahmad mengingatkan bisa saja muncul kerentanan karena adanya celah keamanan rawan pencurian data pribadi maupun karya seseorang. Inilah pentingnya bersikap bijak, sebab baik buruknya teknologi tergantung penggunanya.
Narasumber lainnya, Dosen dan Konsultan SDM, Arfian, menyampaikan potensi ekonomi digital diproyeksikan memiliki valuasi mencapai 124 miliar dolar AS pada 2025. Tidak salah Kementerian Kominfo menargetkan 50 juta masyarakat Indonesia memiliki literasi digital pada 2024.
Menurut dia, program literasi digital tujuannya untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat agar lebih siap dalam perubahan dan tantangan digital.
Dipandu moderator Harry Perdana, webinar juga menghadirkan narasumber Farid F (Dosen Universitas Sahid Surakarta), Suwoko (Founder Betanews.id) dan Komo Ricky (Actor dan TV Presenter) selaku key opinion leader. (*)