SEMARANG– Penyelenggaraan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) digelar pada 18-21 November 2021. Dalam event tahunan yang mengangkat tema menyajikan Membaca Ulang Claire Holt: Estetika Nusantara, Kontinuitas, dan Perubahannya itu juga
Setiap kali penyelenggaraan BWCF, ada tradisi memberikan penghargaan kepada seorang tokoh yang dianggap memiliki dedikasi yang tinggi terhadap tema diskusi pada saat acara.
Nama penghargaan itu adalah Sang Hyang Kamahayanikan Award. Untuk tahun ini, karena berkaitan dengan tema estetika, perhargaan akan diberikan kepada pelukis kawakan Srihadi Sudarsono.
Srihadi adalah pelukis yang tak habis-habisnya sejak masa muda melukis Borobudur. Borobudur dalam sapuan kanvas Srihadi terasa magis dan sublime. ”Bahkan di usianya yang ke 90 tahun sekarang ia tak berhenti untuk melukis Borobudur,” ungkap Mudji Sutrisno.
Beberapa rangkaian acara BWCF ke-10 di antaranya terdiri dari pidato kebudayaan, launching buku, temu penerbit, simposium webinar. Kemudian juga ceramah, bedah relief Borobudur, meditasi pagi-sore, sampai seni pertunjukan.
Tampil dalam program seni pertunjukan di antaranya komponis Tanto Mendut, komponis Epi Martison, koreografer Darlane Litaay. Adapun penyair yang akan mengisi acara BWCF adalah Afrizal Malna, Warih Wisatsana, Heru Joni Putra, teaterawan Anwari, koreografer Rianto.
”Kali ini Tanto Mendut misalnya akan menampilkan pentas: The Voice of Borobudur’s Disruption yang melibatkan sekitar 75 warga desa sekitar Borobudur,” pungkas Mudji Sutrisno.
Festival tahunan ini mendapat dukungan penuh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek dan Teknologi khususnya Direktorat Perfilman, Musik dan Media.(redaksi)