SEMARANG– Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak sudah menjadi prioritas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo selama enam tahun terakhir. Hal itu menjadi perhatian dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sehingga memilih Jawa Tengah menjadi tempat Peringatan Hari Ibu ke-91 tingkat nasional.
“Kenapa peringatan Hari Ibu ke-91 di Jawa Tengah karena kita punya gubernur yang luar biasa dalam keterpihakan terhadap perempuan dan anak,” kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati, saat pembukaan Ekshibisi Karya Perempuan se-Indonesia dalam rangka memperingati Hari Ibu ke-91 di Kotalama, Semarang, (21/12).
Menurutnya, peringatan Hari Ibu menjadi momentum bagaimana perempuan di seluruh tanah air bisa berdaya. Sesuai dengan tema yang diangkat yakni “Perempuan Berdaya Indonesia Maju”. Harapannya bagi perempuan yang sudah berdaya bisa memberikan dampak dan motivasi untuk memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitarnya.
“Hari ibu ini momentum memotivasi semangat perempuan di Indonesia dan bisa menginspirasi perempuan lain. Perempuan seluruh Indonesia berhak punya mimpi dan mewujudkan impiannya,” katanya.
Hari Ibu sendiri pada dasarnya mengacu pada kongres perempuan pertama. Namun sekarang ini ada pergeseran makna terkait peringatan Hari Ibu yang mengerucut pada sosok Ibu. Terkait hal itu, Kementerian PPA sudah menyikapinya dengan melakukan sosialisasi.
“Itu sering dipertanyakan karena persepsi bergeser. Untuk itu sudah kami sikapi dengan banyak melakukan sosialisasi bahwa hari ibu ini ditujukan kepada seluruh perempuan di Indonesia,” jelasnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah siap mendukung semua program terkait pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Selama ini provinsi Jawa Tengah sudah memprioritaskan perempuan, anak, dan disabilitas dalam upaya pembangunan dan pengembangan daerah. Termasuk dalam pengambilan keputusan.
“Setiap Musrenbang di Jateng, kelompok perempuan dan anak serta disabilitas saya dahulukan. Inilah tindakan afirmasi dalam pengambilan keputusan,” jelasnya.
Ganjar menjelaskan langkah konkret pemberdayaan perempuan sudah dilakukan oleh Jawa Tengah. Misalnya pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi. Menurutnya ada tiga hal yang diinginkan oleh kelompok perempuan, yaitu mengenai peningkatan knowledge dan skill, mengenai akses modal, dan pendampingan untuk meningkatkan kelas usaha.
“Kebutuhan knowledge dan skill ditingkatkan dengan memberi pelatihan. Kebutuhan akses modal difasilitasi dengan kredit dengan suku bunga rendah, tanpa jaminan, dan tanpa biaya di Bank Jateng. Agar para ibu-ibu yang berjualan di pasar gampang mengakses modal. Kemudian pendampingan yang bisa membawa mereka pada posisi berkelas. Dari pendampingan itu bisa diketahui kapan naik kelas, kapan lulus dan mandiri sehingga produknya bisa punya nilai jual tinggi,” katanya di sela melihat pameran karya perempuan-perempuan se-Indonesia.
Selain bidang ekonomi, lanjut Ganjar, masih ada banyak hal yang dilakukan dalam pemberdayaan perempuan. Di antaranya masalah kesejahteraan dalam mempersiapkan anak dan keluarga menjadi manusia yang bahagia. Dalam hal ini, pemerintah turun dengan melakukan pendampingan untuk membantu menyiapkan keluarga dan anak di masa depan.
“Masih banyak, pasti ada kesejahteraan atau lahir-batinnya, bagaimana kemudian terhadap anaknya, mempersiapkan anak dan keluarga agar ke depan menjadi manusia yang bahagia. Anak-anak bangsa yang bisa menjadi kekuatan untuk mendukung kemajuan bersama sehingga mereka akan bisa terhindar dari radikalisme, narkoba, dari pornografi, sehingga anak itu menjadi anak yang lengkap,” ungkapnya.
Hal itu juga didukung dalam pemberdayaan di bidang pendidikan. Di mana pemerintah memfasilitasi anak untuk sekolah dan cukup siap untuk bekerja sehingga kemudian anak bisa menolong keluarganya. “Saat anak bisa menolong keluarganya maka pengentasan kemiskinan bisa dilakukan secara otomatis. Contoh konkret di Jawa Tengah itu adalah SMK Jateng yang gratis,” ungkap Ganjar.(redaksi)