REMBANG– Ada momen yang menakjubkan saat Festival Disabilitas Rembang 2019 di Pendapa Museum RA Kartini belum lama ini. Seorang anak penyandang tuna grahita atau memiliki keterlambatan berfikir yang bernama Makruf Amal tampil mengucapkan ayat suci Al- Qur’an.
Ternyata siswa dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Lasem itu hafal Al-Qur’an 30 juz. Camat Rembang Mustolih, Bupati Rembang Abdul Hafidz dan Wakil Ketua Komisi 2 DPR RI Arwani Thomafi pun berkesempatan untuk mengetesnya, dan ternyata Iapun sukses menjawab semua pertanyaan.
Bupatipun kagum dan memberinya uang Rp.2 juta di atas panggung.
“Hebat kita yang normal tidak bisa hafal, tapi yang disabilitas bisa hafal 30 juz, dimana wajah kita, dimana hati kita. Kita yang sempurna tidak bisa apa- apa, saya malu sekali, tadi 2juta tapi tidak hanya itu, nanti kita perhatikan bagaimana kelangsungan hidupnya nanti , ” ungkapnya.
Bupati meminta masukan atau konsep dari teman- teman Disabilitas Multikarya Karya Rembang (DMKR). Harapannya Pemkab bisa menyempurnakan apa yang kurang dari para penyandang disabilitas.
Lebih lanjut, Pemkab sebenarnya ingin memberikan peluang kepada disabilitas bisa ikut eksia dalam kegiatan- kegiatan pemerintahan. Seperti tampil mengisi acara- acara yang diselenggarakan oleh Pemkab.
“Tapi kadang- kadang malah maksud baik kita ingin menyetarakan mereka, ingin mereka tampil malah ada komentar di media sosial Bupati keterlaluan disabilitas malah di eksploitasi untuk pencitraan bupati. Ini sebenarnya bagaimana, tidak mau membantu malah. Ini suatu penghinaan menurut saya. Pak Cip jangan khawatir nanti kalau ada acara- acara pemerintahan saya mohon disabilitas bisa untuk tampil di depan,” tegasnya yang langsung mendapatkan tepuk tangan para disabilitas yang hadir disana.
Bupati juga juga berharap acara Festival Disabilitas tak hanya menjadi momen formalitas saja, tetapi menjadi simbol kekuatan, simbol perhatian, simbol kebersamaan dan simbol kemajuan kabupaten Rembang. Ada aksi serius dari pemkab untuk mengelola pemerintahan yang melibatkan berbagai pihak termasuk penyandang disabilitas.
“Jangan kita anggap disabilitas ini orang yang tidak punya kemampuan, tetapi mereka memiliki kelebihan juga. Saya minta dinas sosial dan pemerintahan desa ini ada dinas yang menangani desa juga bisa mengakomodir khusus disbilitas bagaimana Peraturan Bupati bisa mengakomodir mereka, ini saya arahkan supaya ada perubahan di peraturan bupati,” ujarnya.
Pemberdayaan sosial dan pemberdayaan ekonomi menurutnya juga harus menyentuh disabilitas. Supaya tidak ada perbedaan antara yang normal fisiknya dan difabel.
Sementara itu Ketua DMKR, Rudi Yulianta menuturkan kegiatan itu memang baru pertama kali digelar. Kegiatan disemarakkan dengan berbagai penampilan dari SLB dan kehadiran saudara- saudara disabilitas dari berbagai kota seperti Demak, Semarang, Kudus dan kabupaten tetangga lainnya.
“Ke depan kita ingin merangkul semua disabilitas untuk berkarya bersama, agar kita semua ini mandiri tidak tergantung orang lain. Nah ini kita perlu berdampingan teus dengan dinas sosial,” pungkasnya.(redaksi)