PATI, infojateng.id – Pertunjukan kesenian ketoprak dinilai mempunyai banyak pesan moral, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan Pancasila.
Hal itu disampaikan oleh Muh Zen Adv, anggota Komisi E DPRD Provinsi Jateng saat dialog dengan tema melestarikan kebudayaan dan kesenian tradisional di Pati Selasa (25/1).
Menurut politikus PKB itu, budaya akan mempengaruhi masyarakat dalam berketuhanan. Ketika seseorang berbudaya, kita akan memanusiakan manusia.
“Ada semangat persatuan dan kesatuan melalui budaya,” katanya.
Selain itu, Zen mengungkapkan bahwa kemampuan adaptasi dan inovasi dalam pentas budaya khususnya pelaku kesenian ketoprak di Pati ini sangat dibutuhkan, termasuk saat masa pandemi Covid-19 kini.
Ia minta pemerintah daerah berperan aktif memberikan afirmasi kebijakan yang dibutuhkan dalam rangka bagian upaya nguri-uri budaya.
Markonyik, seniman Ketoprak menilai telah terjadi pergeseran pagelaran ketoprak dulu dengan sekarang. Menurutnya seni ketoprak dulu membawa misi edukasi kepada masyarakat.
“Saat ini inovasi yang telah dilakukan cenderung kebablasan, dalam arti meninggalkan norma-norma kebudayaan tradisional menjadi seni modern,” ungkapnya.
Pria yang akrab disapa Konyik itu juga menilai bahwa pergeseran budaya di ketoprak yang terjadi saat ini tidak bisa serta merta menyalahkan para pelaku kesenian. Namun hal tersebut sebagai bentuk modifikasi seni agar seniman tetap bisa bertahan di tengah gempuran budaya asing.
Ia mencontohkan pementasan ketoprak yang kini diselingi campursari di tengah-tengah pertunjukan.
Sebagai seniman yang peduli ketoprak, Markonyik juga mengapresiasi langkah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pati melalui GSMS (Gerakan Seninman Masuk sekolah). Menurutnya untuk membentuk generasi penerus yang berkarakter melalui seni budaya pemangku kebijakan harus berhati-hati.
“Anak-anak didik kita kita ibaratkan tinta putih. Dalam pementasan anak diajak berkesenian namun jangan lengah, didalamya harus ada unsur edukasi. Muatan muatan positif harus ditanakam sejak dini. Penyajian ketoprak GSMS harus berbeda dengan ketoprak konvensional,” jelas konyik.
Ia menambahkan di dalam GSMS minimal diajarkan dasar- dasar berkesenian. Tidak hanya bermain lakon ketoprak, tapi harus mengerti makna yang terkandung dalam budaya ketoprak. Cerita -cerita yang mengedukasi harus diajarkan. “Ini penting untuk regenerasi seniman nantinya,” katanya.
Belum adanya rekomendasi terkait izin pentas ketoprak, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Pati Hardi Jatmiko enggan berspekulasi. “Tergantung level status PPKM dan instruksi Pemerintah daerah,” katanya.(redaksi)