SRAGEN – Polemik jebakan tikus dengan arus listrik yang banyak memakan korban jiwa. Anggota Komisi IV DPR RI terjun langsung ke kawasan pertanian di Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, Sragen. Mereka ingin melihat langsung jebakan tikus yang menggunakan listrik.
Rombongan yang dipimpin langsung oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi, itu ingin mencari solusi atas persoalan hama tikus di Kabupaten Sragen. Hal ini mengingat sudah ada 23 nyawa petani yang melayang akibat jebakan tikus listrik sejak 2019-2022.
Sementara, Legislator Komisi IV DPR dari daerah pemilihan IV (Sragen, Karanganyar, Wonogiri), Luluk Nur Hamidah, meminta pemasangan jebakan tikus listrik itu harus disudahi. Ia mengaku prihatin sekaligus turut berduka cita dengan 23 petani yang menjadi korban jebakan tikus listrik.
“Saya minta ada swadaya dari bawah untuk pengadaan rumah burung hantunya. Mungkin pengadaannya bisa dari dana desa atau iuran kelompok tani dan seterusnya,” ujar Luluk yang berjanji mendesak pemerintah pusat untuk menyediakan burung hantunya.
Salah satu solusi serangan tikus, menurutnya, adalah dengan cara menjaga ekosistem sawah, khususnya penyediaan hewan predator tikus, yakni ular dan burung hantu. Hal itu, ia nilai saat ini Banyak manusia yang serakah dengan berburu ular dan burung hantu di sawah itu harus dihentikan.
“Harusnya ada perda yang melarang jerat tikus menggunakan listrik dan harus diimbangi dengan aturan larangan perburuan predator tikus di sawah, karena banyak orang saat ini yang serakah. terutama berkaitan dengan hama tikus dan ekosistem sawah. Problem hama tikus ini menjadi tanggung jawab pemerintah secara berjenjang dari pusat sampai daerah,” jelasnya.
Setelah melakukan tinjaun langsung di sawah, dalam rapat komisi DPR RI. Nantinya, Luluk juga akan meminta PLN melakukan edukasi soal listrik, dan harus ada solusi alternatif berupa jebakan tikus dengan listrik dengan voltage rendah.
“Hal ini jelas akan kita bahas di rapat komisi nanti. Kami akan mempertanyakan selama belum ada jaminan dari PLN, terutama jaminan keamanan. Niatnya menyelesaikan masalah tapi jangan sampai mendatangkan masalah yang lebih besar,” jelasnya.
Terpisah, dalam kesempatan tersebut, Sakimin (65) salah satu petani Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, Sragen. Mengaku selama ada jebakan tikus dengan arus listrik merasa ketakutan dan enggan memasang, lantaran ia melihat resiko yang harus dihadapi adalah nyawa.
“Lebih baik gropyokan dan sering menutup lubang tikus. Adanya jebakan tikus dengan listrik. Jujur ! takut, wong urusane nyawane dewe (urusanya nyawa kita sendiri),” jelas Sakimin. (*)