SEMARANG – Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen memiliki berbagai trobosan dalam meningkatkan perekonomian di Jawa Tengah. Gus Yasin sapaan akrab orang nomor dua di Jawa Tengah ini berpandangan, pondok pesantren (ponpes) memiliki potensi menjadi kekuatan ekonomi yang luar biasa asalkan peluang kewirausahaan bisa diberdayakan di dalamnya.
Di Jawa Tengah sendiri terdapat sekitar 4.759 ponpes dengan lebih dari 600 ribu santri dan tersebar merata di 35 kabupaten/kota. “Jika potensi ini dioptimalkan, pesantren bisa melahirkan sumberdaya insani dengan kemampuan lebih lengkap. Pesantren tidak hanya akan menjadi tempat pesemaian bagi pendidikan karakter dan ahlak generasi penerus bangsa,” tutur Gus Yasin.
Di sisi lain, ponpes juga akan diimbangi dengan kesiapan para santri menghadapi tantangan ekonomi, di tengah kemajuan teknologi dan industri global pada masa mendatang. Saat ini Pemprov Jawa Tengah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), tak terkecuali yang ada di lingkungan ponpes. Di antaranya berupa bantuan bibit untuk sektor pertanian, pelatihan, pengemasan hingga pemasaran produk UMKM.
“Pemprov juga membantu mengurus perizinan pangan industri rumah tangga (PIRT), sertifikat halal, dan lainnya, serta bantuan kredit modal usaha melalui Kredit Mitra 25 Bank Jateng,” ujarnya.
Pada periode 2018-2019 lalu, Pemprov Jawa Tengah menyiapkan PIRT dan sertifikat halal untuk 100 UMKM secara gratis. Kemudian pada 2020 nanti bakal ditingkatkan menjadi 500 UMKM yang di antaranya merupakan produk dari pesantren. Bagi pondok pesantren yang memiliki usaha dan ingin mengurus PIRT dan sertifikat halal, datang ke Pemprov dan semua gratis. “Ini merupakan upaya Pemprov Jawa Tengah untuk mendorong tumbuh kembangnya UMKM di Jawa Tengah,” lanjutnya.
Gus Yasin menegaskan, model pendidikan di pondok pesantren harus terus dilestarikan dan dikembangkan, dengan tidak meninggalkan era atau selalu mengikuti zaman. Harapannya, ponpes tidak hanya berkualitas di bidang syariat dan pengetahuan agama, tetapi juga paham ekonomi dan melek teknologi.
Hal ini seiring dengan program santripreneur yang digalakkan pemerintah pusat. Program tersebut dilakukan guna memacu tumbuhnya wirausaha baru dan pengembangan unit industri di lingkungan pesantren, sehingga ponpes berpotensi besar menciptakan wirausaha baru dan menumbuhkan sektor industri kecil dan menengah (IKM).
Santripreneur memiliki dua model penumbuhan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di ponpes, yaitu Santri Berindustri dan Santri Berkreasi. Santri Berindustri merupakan upaya pengembangan unit industri yang telah dimiliki oleh ponpes maupun penumbuhan unit industri baru yang potensial. Langkah ini diharapkan mendorong unit industri tersebut menjadi tempat magang para sumber daya manusia di lingkungan pesantren.
Sedangkan, model Santri Berkreasi merupakan program kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam pengembangan potensi kreatif para santri maupun alumni. “Mereka terpilih dari beberapa ponpes untuk menjadi seorang profesional di bidang seni visual, animasi dan multimedia sesuai standar industri saat ini,” papar Gus Yasin. (redaksi)