Rembang, infojateng.id – Sebanyak 200 hektare lahan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah ditanami kopi. Sayangnya, budidaya yang masih konvensional membuat produksi kopi di Kota Garam tak maksimal.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto. Menurutnya, tanaman kopi di 200 hektare lahan saat ini rata-rata usianya di atas 20 tahun.
“Meski secara populasi cukup banyak, namun produksinya tidak maksimal. Ini karena budidaya oleh petani masih menggunakan cara konvensional,” katanya saat memberikan sambutan dalam workshop “Membangun Korporasi Meningkatkan Kesejahteraan Petani Kopi” di aula kantor Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang baru-baru ini.
Sementara itu, Wakil Bupati Rembang Mochammad Cholil Barro’ mengatakan, produkai kopi di Rembang masih terbilang kecil. Sehingga perlu mendorong masyarakat untuk mau menanam biji kopi.
“Gairah petani untuk menanam biji kopi masih kurang. Karena belum menemukan sistem yang pas , kalau sudah panen kita jualnya kemana dan sebagainya,” ujarnya.
Menurut Wabup, perlu intervensi dari pemerintah terutama persoalan lahan. Pasalnya lahan yang ditanami biji kopi saat ini sebagian besar lahan milik Perhutani.
“Mungkin nanti kita kerjasama dengan TNI, Perhutani juga. Kemudian nanti kita cari varietas yang paling cocok ditanam di Rembang, suhu dan kontur tanahnya seperti di Rembang,” ungkapnya.
Gus Hanies menyebutkan produsen atau pelaku UMKM kopi siap seduh termasuk warung kopi di Kabupaten yang terkenal dengan kopi leletnya ini cukup banyak, artinya kebutuhan kopi warga Rembang juga tinggi. Namun Rembang belum memiliki biji kopi unggulan sendiri. “Ini jadi PR bersama,” ujarnya.(redaksi)