SEMARANG – Beragam produk usaha kecil menengah (UKM) asal Jawa Tengah telah menjelajah di pasar internasional. Salah satunya telur asin khas Brebes yang menembus pasar Amerika dan beberapa negara tetangga lainnya.
“Pesanan telur asin dari Jateng cukup tinggi. Ini perlu kita dorong supaya pengemasan dan penjualannya tidak hanya berbentuk telur asin secara utuh. Perlu ada inovasi dan modifikasi telur asin, serta dikemas semenarik mungkin sehingga calon konsumen tertarik membeli,” ujar Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen di Balai Pelatihan Koperasi dan UKM Jateng, Rabu (19/2/2020).
Pada pembukaan Seminar Identifying Market Trends, Market Readness, Company Worksheet KJRI New York itu, Taj Yasin menyebutkan, selain telur asin Brebes, dari sekitar 160 ribu UMKM yang tersebar di 35 kabupaten dan kota, sebanyak 330 produk UMKM telah merambah pasar ekspor. Antara lain produk furniture, handicraft atau kerajinan tangan, fashion, dan beragam produk khas daerah.
Menurutnya, UMKM merupakan salah satu pilar ekonomi kerakyatan yang penting dalam penyediaan lapangan kerja dan pengurangan pengangguran,. Sekaligus mampu menangguangi kemiskinan di Jawa Tengah. Terlebih beragam produk UKM Jateng memiliki potensi di pasar internasional.
“Untuk mendorong peningkatan ekspor Jateng, kita masih mempunyai beberapa PR. Apalagi sekarang era revolusi industri, pasar di berbagai negara tidak ada sekat. Karenanya kita perlu berinovasi, mengidentifikasi pasar, serta memematenkan produk kita jangan sampai produk kita diambil negara lain,” bebernya.
Tidak kalah penting adalah strategi pemasatan, kerja sama atau kolaborasi, dan komunikasi intensif antarpelaku UMKM, saling bertukar ingormasi mengenai produk-produk UMKM yang memiliki potensi ekspir, karakteristik negara-negara tujuan ekspor, sehingga pelaku UMKM dapat memproduksi barang yang menarik calon pembeli di luar negeri.
Mantan anggota DPRD Jateng itu mencontohkan produk batik dari Jawa Tengah yang diekspor sebagian besar masih berbentuk bahan atau lembaran kain. Sehingga tidak jarang pembeli bingung saat mengenakan atau ketika akan membuat kain batik menjadi baju. Sehingga perlu adanya kolaborasi antara produsen dan desainer sehingga menghasilkan pola yang menarik.
“Kegiatan ini sekaligus merupakan media memasarkan produk-produk kita ke luar negeri, peluang – peluang mana yang menjadi pasar produk kita. Saya berharap 331 UMKM di berbaai daerah menjadi pilot project ekspor yang ada di Jawa Tengah,” harapnya.
Sekretaris Dirjen Protokol dan Konsuler Kemenlu RI Winanto Adi mengatakan, produk-produk MKM Jawa Tengah sangat berdaya saing, namun tidak sedikit pelaku UMKM belum dapat mengetahui dan memperhatikan market yang tepat, pengemasan yang menarik, harga yang tepat, dan quality control.
“Setiap negara mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga kita mengajak kurator Amerika Jennifer Isaacson ke sini untuk melakukan kurasi. Mana yang sudah siap masuk di Amerika mana yang perlu dimodifikasi. Sehingga nantinya teman-teman mempunyai potensi memasukkan produk ke pasar Amerika,” jelasnya.(redaksi)