Infojateng.id – Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) merupakan kebijakan pemerintah untuk menggerakkan kegiatan perekonomian masyarakat yang lumpuh akibat pandemi Covid-19. Pemerintah mendorong pelaku UMKM untuk go digital sekaligus mengajak masyarakat untuk bangga dengan produk lokal.
Di UMKM Talk edisi Jumat (1/4/2022), Karya Noesantara yang merupakan salah satu aggregator Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) mengajak Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan, Dian Prasetio, serta Edi Darmawansah yang merupakan owner Rumah Kreasi Bangsa dan Chief Education Datanginid berbincang seputar UMKM dan masalah-masalah dasar pelaku usaha kecil.
UMKM merupakan penggerak ekonomi yang terus bertahan meskipun pandemi Covid-19 menyulitkan ekonomi. Memang tidak selalu menghasilkan profit tinggi, tetapi UMKM terbukti banyak yang tumbuh. Apalagi dengan kehadiran teknologi digital yang mempermudah pemasaran.
Di tengah bertumbuhnya UMKM, Chief Education Datanginid Edi Darmawansah berpendapat, butuh ekosistem yang baik untuk membuat UMKM bertumbuh dengan optimal. Perlu ada edukasi kepada pelaku usaha untuk mendukung UMKM sebagai penggerak ekonomi.
Dukungan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan UMKM terbukti dari semakin besar alokasi dalam program PEN, di tahun 2022 pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp455.52 triliun. Artinya, pemerintah tidak main-main untuk memulihkan perekonomian masyarakat melalui UMKM.
Akan tetapi, Edi Darmawansah yang juga seorang pelatih dalam bidang UMKM mengemukakan ada tiga masalah dasar yang dihadapi pelaku usaha kecil yaitu kebutuhan bahan baku produksi yang cukup dan terjangkau, akses terhadap pasar, serta akses permodalan.
Ia mencontohkan bahan baku minyak goreng yang dibutuhkan pelaku usaha kecil seperti penjual gorengan atau penjual keripik. Akibat harga minyak goreng yang naik tinggi saat ini, pelaku UMKM ada yang sampai berhenti. Sedangkan bahan baku merupakan nyawa sebuah usaha dapat berjalan.
“Ini menjadi PR kita, bagaimana ketersediaan bahan baku itu mencukupi kebutuhan produksi serta dengan harga terjangkau. Sebab masalah harga ini sensitif bagi pelaku usaha yang memiliki margin penjualan kecil,” ujar Edi.