Pati, Infojateng.id – PG Trangkil memastikan kasus debu hitam atau langes pembakaran di pabriknya sudah tidak mengotori lingkungan warga lagi, khususnya di Desa Rejoagung. Hal ini setelah dilakukan upaya perbaikan dan pembenahan mesin di pabrik tersebut. Selain itu pihak perusahaan juga memastikan penanganan dampak kesehatan telah dilakukan untuk warga.
Pihak perusahaan gula peninggalan Belanda itu telah membuat pos kesehatan di desa setempat, untuk memfasilitasi keluhan kesehatan terkait “hujan” debu yang terjadi mulai Rabu (6/4) sore lalu. Penanganan yang responsif diutamakan untuk menangani dampak tersebut. Bahkan pekerja dikerahkan selama 18 jam penuh setiap hari untuk menangani permasalah tersebut.
Hal itu dibenarkan Kepala Desa Rejoagung Juri. Pihaknya mengaku, sempat marah kepada pihak pabrik akibat kejadian tersebut. Namun dirinya mengapresiasi langkah cepat untuk pembenahan tersebut.
“Saat ini sudah tidak ada lagi debunya. Sudah bersih. Setelah dilakukan penanganan oleh pihak pabrik. Sebenarnya pada hari Sabtu malam hingga Minggu siang sudah berkurang, kemudian timbul debu lagi, karena ada pembenahan. Saya sendiri ikut menyaksikan pembenahannya, dan pihak pabrik berkomitmen segera mengatasi dan akhirnya saat ini sudah bersih 100 persen,” terang Juri saat ditemui di balaidesa pagi ini.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak pabrik juga memberikan pengobatan kepada masyarakat yang terdampak dengan mendirikan posko kesehatan di polindes setempat. Atas peristiwa tersebut, lanjut Juri, memang menimbulkan efek iritasi mata dan gatal-gatal.
“Yang ringan cukup dengan pengobatan yang dilakukan tim Kesehatan dari pabrik, ada dua yang lumayan serius dibawa ke rumah sakit. Saat ini sudah sembuh dan pulang,” paparnya.
“Seharusnya pada Sabtu kemarin pabrik ingin bagi gula. Tetapi hari sabtu debu masih banyak sehingga warga menolak. Saya sarankan untuk sementara ditunda dulu. Sampai debu tidak ada lagi,” imbuhnya
Setidaknya ada ratusan rumah yang terdampak dari aktivitas PG Trangkil ini. Setiap rumah lanjut Juri, bakal mendapatkan kompensasi atau ucapan permintaan maaf dengan memberikan 3 kilogram gula pasir. Pihaknya mengakui kejadian seperti ini baru pertama kali.
“Saya arahkan nanti dibagi saat kondisi sudah baik ketika sudah tidak ada debu lagi, kalau kemarin warga menolak karena debu masih banyak. Saya berharap kalau ada masalah pabrik segera bisa berkomunikasi dengan pemerintah desa, agar warga tidak langsung marah-marah ketika terkena dampak seperti ini,” pungkasnya. (redaksi)