INFOJATENG.ID – Salah satu cara menjaga suatu hubungan agar tetap harmonis adalah dengan memahami bahasa kasih satu sama lain, atau yang kita ketahui sebagai love language (bahasa cintbahasaa). Dengan memahami bahasa cinta ini, kita bisa merasakan dan menyampaikan perasaan cinta itu.
Psikiater FKUI dr.Dharmawan A. Purnama dalam siniar Anyaman Jiwa menjelaskan bahwa bahasa kasih ini bukan hanya berupa kata-kata, tetapi bisa juga berupa bahasa tubuh, tindakan atau perilaku atau apapun yang bisa membuat seseorang lebih merasakan cinta.
Ada lima love language yang biasa dikenal, yaitu
Words of affirmation
adalah bentuk ungkapan cinta melalui kata-kata. Ada kalanya seseorang bisa merasa lebih senang merasa dicintai ketika menerima perkataan tentang cinta atau ungkapan perasaan. Misalnya memberikan kata-kata semangat untuk memberikan dukungan tertentu.
Physical touch
Bahasa kasih yang sering kita pahami biasanya berupa sentuhan. Misalnya dengan memberikan pelukan, membelai kepala. Satu pelukan bisa jadi merupakan sumber rasa senang seseorang.
Receiving gift
Siapa sih yang tidak senang menerima hadiah. Bagi orang yang bahasa kasihnya dengan menerima hadiah, memberikan hadiah-hadiah kecil bisa sangat berarti bagi mereka.
Act of service
Kehadiran seseorang di samping kita bisa menjadi sangat berarti. Menghabiskan waktu bersama bisa menjadi hadiah yang menyenangkan bagi mereka dengan bahasa cinta act of service ini.
Untuk mengenali bahasa kasih, diperlukan observasi baik itu antar pasangan, hubungan pertemanan, atau relasi-relasi lainnya. Dari observasi itu, kita bisa melihat bahasa mana yang lebih membuat kita atau orang dekat kita merasa senang ketika menerimanya. Dengan saling memahami bahasa cinta masing-masing, kita bisa lebih menyesuaikan bahasa apa yang akan diberikan sehingga hubungan itu dapat terjalin harmonis dan optimal.
Lalu bagaimana cara agar bahasa cinta ini bersinergi antara satu dengan yang lain? dr.Dharmawan menjelaskan bahwa menjalin komunikasi dalam suatu hubungan itu penting, termasuk untuk memahami love language masing-masing. Dan, komunikasi itu seharusnya tidak hanya berlangsung intens ketika sedang ada masalah. Pada hari-hari biasa pun, komunikasi perlu dibangun. Karena dengan komunikasi itu nanti akan lahir empati.(*)
Sumber: Podcast Anyaman Jiwa