Infojateng.id – Sejak Facebook berganti menjadi Meta pada Oktober 2021, metaverse menjadi topik hangat yang diperbincangkan. Konsep metaverse memberikan gebrakan baru era digital karena tidak hanya menghubungkan satu orang dengan banyak orang di seluruh dunia, tetapi menghadirkan ruang tiga dimensi (3D) yang bisa mempertemukan orang secara virtual. Apakah metaverse menjadi ancaman ataukah membuka ribuan peluang baru? Techminar bertajuk “Metaverse, The Future of Our Universe” memberikan gambaran tentang metaverse kepada masyarakat Indonesia, Selasa (26/4/2022).
Diselenggarakan oleh Kreen Indonesia, Techminar menghadirkan dua panelis yang aktif di bidang IT yaitu Rudi Hermawan dari staf STT YBSI dan Ceo WASD Lab Ahyar Muawwal untuk berbagi informasi seputar metaverse dan pengaruhnya dalam kehidupan di masa depan.
Mengawali diskusi, Rudi Hermawan menyebut metaverse sebagai jagat raya baru yang dibangun di dunia virtual dan merupakan peradaban yang revolusioner. Produk-produk dari metaverse erat bersinggungan dengan ruang 3D, augmented reality, virtual reality, block chain, dan NFT. Dan untuk bisa masuk ke dalam dunia virtual ini memerlukan peran dari sumber daya masyarakat juga peran negara dalam membuat kebijakan dan tata kelolanya.
“Untuk terlibat dalam dunia metaverse, peran kita adalah untuk memulai belajar dari sekarang agar busa tahu dan mengalami apa metaverse itu. Kita harus melihat kesiapan diri juga komposisi negara dalam membuat tata kelolanya,” ujar Rudi Hermawan.
SDM dan negara merupakan hal krusial untuk mewujudkan peradaban metaverse yang membutuhkan lebih dari sekedar jaringan yang mumpuni. Di dunia baru ini, akan sangat rugi jika peran kita hanya sebagai pengguna. Masyarakat dan negara perlu bergerak menjadi inovator, karena peluang yang bisa dimanfaatkan akan sangat beragam.
Panelis Ahyar Muawwal memaknai metaverse sebagai bentuk merubah dunia dari sudut pandang konsumen. Metaverse memungkinkan manusia menggabungkan kegiatan sehari-hari dalam dunia digital yang nyata baik bekerja, bersosialisasi, dan rekreasi. Peluang kegiatan yang bisa dilakukan para responden metaverse mulai berkumpul bersama dengan teman atau keluarga melalui ruang 3D virtual, menghadiri konser, membuat acara perayaan, menonton live event, bahkan menjadi peserta demonstrasi.
Keuntungan dari dunia metaverse juga cukup luas, mulai dari pembuatan iklan hingga menjadi ladang baru berbagai ragam pekerjaan. Bagi digital marketer misalnya, pemasaran produk dapat dibuat dengan memanfaatkan aset informasi atau membagikan foto produk di ruang 3D. Namun, Ahyar juga mengingatkan bahwa dunia metaverse juga ada dampak negatifnya.
“Kalau sudah masuk disana keamanan data harus dijaga dengan baik juga jangan mudah berbagi data. Sehingga para pengguna juga perlu edukasi. Pun ketika jual aset misalnya, bisa menggunakan pihak ketiga seperti Open Sea agar tidak terkena penipuan dan dampak negatif lainnya,” jelas Ahwal.
Dari sisi ekonomi platform yang berguna untuk mendukung kegiatan di metaverse diantaranya seperti paypal, coinbase, metamask sebagai e-wallet. Untuk marketplace, platform yang banyak dikenal mulai dari Open Sea, DMarket, dan Elixir. Atau untuk platform game serta blockchain developer service dapat memanfaatkan Pavillion, Ultra, dan Bigtime. (*)