Infojateng.id – Di Indonesia, lebaran Idulfitri merupakan momen besar bersilaturahmi antar keluarga, kerabat, teman, sejawat. Momen dimana kerabat jauh merapat, saling memaafkan dan menambal waktu setelah lama tak saling ketemu.
Sungguh budaya yang indah nan menghangatkan, harusnya. Tapi, bagi sebagian orang momen lebaran bisa menjadi mimpi buruk karena serial teror pertanyaan “kapan?” bisa muncul dari satu kerabat disambut sejawat lainnya. Momen tersebut membuat muda-mudi yang dianggap sudah masuk usia nikah ketar-ketir. Mau jawab bingung jawabannya, nggak dijawab ceramahnya bisa buat menghitung luas segitiga.
Dalam serial “Bulan Cinta” melalui kanal Youtube, Ustaz Hilman Fauzi menyampaikan bahwa pertanyaan kapan nikah itu sebenarnya tidak perlu sampai bikin baper karena malah akan menjadi beban. Kesendirian itu bukan kondisi yang harus diratapi dengan kesedihan.
“Kesendirian adalah waktu yang dihadirkan Allah untuk semakin memahami dan mengerti tentang bekal dan persiapan yang harus dimiliki untuk menempuh kehidupan selanjutnya. Momentum untuk menata hati dan menata waktu yang ada dalam kebaikan dan perbaikan.”
Lalu bagaimana menghadapi teror pertanyaan “kapan nikah” itu?
Menenangkan dan mengobati hati
Kesendirian dan belum ketemu jodoh bukan sesuatu yang harus disesalkan. Tenangkan hati dan buka hati bahwa yang kita inginkan bukan rencana Allah untuk kita. Manusia boleh berkeinginan dan membuat rencana, tetapi Allah juga telah menuliskan takdir hamba-Nya.
Karena pernikahan bukan perlombaan. Tidak perlu memandang nikah muda atau nikah ketika umur sudah tua, sebab jodoh itu diatur dalam ketentuan sang Khaliq. Jika memang ditanya kapan nikah, anggap mereka tengah mendoakan kita.
Selalu ingat kata Ali bin Abi Thalib, “Yang membuat seseorang merasa tenang itu karena ia percaya apa yang dituliskan dan ditakdirkan oleh Allah untuk hambanya tidak akan melewatkannya. Sebaliknya apa yang tidak ditakdirkan, bagaimanapun usahanya tidak akan pernah menjadi miliknya.”
Ikhtiar
Tugas manusia adalah untuk selalu berusaha. Dalam bab jodoh ikhtiarnya ya, mencari dan menanti dengan cara-cara yang baik. Mendekatkan diri dengan Allah agar Allah bisa menyertai setiap usaha-usaha yang dilakukan.
Ada empat “i” yang harus dilakukan. Pertama, istikhoroh. Meminta kepada Allah untuk dipilihkan yang terbaik. Kedua, istisyaroh. Melibatkan keluarga, orang tua, untuk memberi pandangan jodoh yang terbaik. Ketiga, istighfar. Tanyakan pada hati kita mana yang terbaik untuk diri kita. Terakhir, istiqomah. Minta kepada Allah dan terus beramal kebaikan.
Ilmu
Untuk menuju kehidupan berumah tangga itu butuh persiapan. Mulai persiapan dari segi agama, ilmu, rasa, finansial, dan persiapan-persiapan lainnya. Waktu ketika sendiri itulah yang menjadi momentum kita untuk mengisi persiapan sebelum memasuki babak baru. Sebab banyak orang tidak menemukan kebaikan dalam berumah tangga bukan karena kurangnya cinta, tetapi kurangnya ilmu.
Tawakkal
Berserah diri kepada Allah bahwa selalu ada skenario terbaik yang sesuai dengan kebutuhan hidup kita.(*)
Sumber: Youtube Ahilman Fauzi dan Teman Hijrah Media