Infojateng.id.- Pasar crypto Mei ini mencatatkan sejarah penurunan yang sangat signifikan. Bahkan, tercatat Bitcoin menyentuh harga terendahnya sejak 22 Juni 2020 lalu di harga sekitaran 28.000 dollar AS.
Pada akhir 2021, harga bitcoin mampu menyentuh harga tertinggi pada 11 Oktober 2021 dengan harga 69.000 dollar AS. Kemudian, mulai awal 2022, harga bitcoin cenderung korektif di harga sekitaran 47.000 dollar AS.
Tren penurunan bitcoin berlanjut hingga harga sekitaran 36 ribu dollar AS pada akhir Januari. Hingga harganya sempat kembali naik pada Akhir maret di sekitaran 47 ribu dollar AS. Setelah itu, harga bitcoin secara bertahap mengalami penurunan yang cukup dalam.
Kondisi tersebut juga tentunya diikuti penurunan harga koin alternatif/alt coin. Dari pantauan infojateng.id sekitar pukul 06.51 di coinmarketcap.com menunjukkan sejumlah alt coin dengan volume lima terbesar juga menunjukkan penurunan harga signifikan.
Koin etherum dengan token eth menyentuh harga 2.075 dollar AS. Selanjutnya, BNB menyentuh harga 268 dollar AS, XRP harganya 0,41 dollar AS, cardano (ADA) di harga 0,51 dollar AS dan Solana (SOL) di harga 50 dollar AS.
Dilansir dari coininvestasi.com menyebut, sejumlah yang mengakibatkan anjloknya harga bitcoin. Salah satunya dampak dari Federal Reserve/Bank Central Amerika Jerome Powel yang mengumumkan kenaikan suku bunga pada Kamis pekan lalu.
Usai pengumuman tersebut, volume transaksi bitcoin turun yang berimbas pada kondisi harga pasar crypto. Bahkan, pada 8 Mei harga bitcoin mencatat penurunan sebesar 4% dalam sehari di harga 34.602 dolar AS.
Kemudian, Muhammad Nauval di dalam chanel youtuber coininvestasi menyebutkan pada Selasa (10/5/2022) ada tiga alasan yang menyebabkan harga crypto turun. Pertama, adalah kenaikan suku bunga acuan Bank Central Amerika.
“Apalagi The Fed mengungkapkan bahwa peningkatan suku bunga akan naik kembali tahun ini,” ujarnya.
Penyebab kedua yakni kenaikan nilai dollar AS mengakibatkan harga crypto turun. Hal tersebut menyebabkan para investor mengalihkan asetnya dari aset beresiko seperti saham dan crypto beralih ke dollar AS.
“Sentimen negatif ke tiga, datang dari Rusia. Ini menjadi sentimen negatif karena ketegangan Rusia dengan sejumlah negara,” urainya.(redaksi)