Kudus, infojateng.id – Dewan Komite bekerjasama dengan Guru, Staff dan alumni SD 1 Gondosari, Kecamatan Gebog, Kudus, Jawa Tengah (Jateng) menggelar karnaval kebudayaan pada Sabtu (27/8/2022) mulai pukul 14.00 hingga 16.00 WIB. Kegiatan tersebut dalam rangka memperingati HUT ke-77 Republik Indonesia.
Kepala SD 1 Gondosari Khambali, SPd mengatakan, peserta karnawal ada sekitar 500 orang yang merupakan dewan komite sekolah, guru, staff, peserta didik hingga alumni SD 1 Gondosari. Untuk rute arak-arakannya mulai sepanjang jalan Rahtawu Raya hingga Beru Gondosari gang 18 Matoa melanjutkan tampilan pertunjukan di area Kantor Pusat SUKUN lalu kembali ke SD 1 GONDOSARI.
“Karnaval seperti ini sempat vakum karena pandemi covid-19. Meski begitu, dari tahun ke tahun para dewan komite, guru, alumni dan masyarakat sekitar antusias berpartisipasi dalam karnaval ini,” katanya.
Baca juga: Sosialisasikan DBHCHT melalui Pagelaran Teater
Ia menjelaskan, karnaval ini memiliki tujuan untuk melestarikan budaya gotong royong serta memperkenalkan kebudayaan Nusantara kepada siswa-siswi. Sehingga terbentuk karakter peserta didik yang lebih baik melalui kebudayaan.

Pertunjukan teatrikan bertajuk Angkara Murka dalam rangkaian Karnaval Kebudayaan, Sabtu (27/8/2022).
Gandeng Arfin AM, Tampilkan Teatrikal Bertajuk Angkara Murka
Dalam kegiatan karnaval budaya tahun ini, pihaknya menggandeng partner salah satu praktisi seni Arfin Am untuk sebagai art directornya. Selain berakar pada konsep karnaval, arak-arakan juga menampilkan pertunjukan teaterikal yang mengangkat potensi skala lokal hingga menanggapi isu nasional yang masih dominan pada saat sekarang.
Sementara itu, Arfin AM mengatakan, pertunjukan tersebut menceritakan sosok Barongan Muria dan Bregadha (Sang Pengendali). Mereka diutus oleh Betharakala yang mulai murka dengan sifat manusia kian hari congkak serta ingin berkuasa menguasai segala sumber alam dan lingkungan bukan justru merawatnya.
“Betaharakala beserta pasukannya mulai turun ke lereng gunung untuk menampakkan kemurkaannya, mencari mangsa generasi- generasi muda, anak-anak yang merupakan pendobrak situasi saat ini. Dengan turunnya sosok Betharakala beserta pasukannya ini merupakan pertanda bagi umat manusia agar waspada serta tidak ‘lupa diri’,” ceritanya.
Baca juga: Profil Whasfi Velasufah, Ketum PP IPPNU Asal Kabupaten Kudus
Lanjutnya, suasana mencekam itu membuat sosok Kanjeng Sunan melakukan dzikir dan umbul do’a hingga turunlah kekuatan langit berupa ksatria untuk melawan para pasukan Betharakala. Kekuatan ini muncul untuk membantu para santriwati dan masyarakat yang dengan susah payah melawan pasukan Betharakala.
Hingga akhir titik perlawanan satu persatu tumbang. Tiba saatnya Sang Betharakala melawan sosok Kanjeng Sunan. Dengan seizin Gusti Allah sang Maha Kuasa beserta persatuan rakyatnya, Betharakala beserta pasukannya berhasil dihilangkan dari muka bumi ini.(redaksi)