BOYOLALI – Kesiapan infrastruktur kesehatan terus digenjot Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19. Langkahnya itu juga diikuti oleh Bupati dan Walikota di Jateng yang terbilang cukup responsif.
Di Boyolali, misalnya, Ganjar memberi sanjungan atas respon cepat dan kesiapsiagaan dilakukan oleh Bupati Boyolali Seno Samodro yang menyulap rusunawa menjadi rumah sakit darurat Covid-19.
“Sebenarnya ini cara yang bisa kita siapkan dengan urut-urutan. Ini tindakan-tindakan yang mesti dilakukan kabupaten kota untuk berjaga-jaga,” kata Ganjar, Jumat (10/4) saat meninjau rumah sakit darurat Boyolali.
Sama halnya dengan Boyolali, Ganjar membeberkan beberapa daerah juga telah melakukan hal serupa. Seperti yang terjadi di Surakarta dan Brebes yang melakukan percepatan pada pembangunan rumah sakit baru agar bisa dimanfaatkan untuk penanganan Covid-19.
“Itu sampai last resort kita siapkan seandainya grafiknya naik terus menerus. Jika rumah sakit tidak cukup, jika ada rumah sakit baru bisa kita percepat. Kalau tidak ada rusunawa bisa kita pakai. Kita juga bisa pakai asrama haji, hotel, diklat-diklat yang banyak kamarnya, kita juga bisa pakai stadion. Kalau tidak cukup kita bisa pakai tenda,” beber Ganjar.
Untuk rumah sakit darurat (RSD) Covid-19 Boyolali yang memanfaatkan rusunawa itu memiliki kapasitas 18 kamar, yang setiap kamarnya diisi dua tempat tidur. RSD tersebut baru memanfaatkan lantai satu dari lima lantai rusunawa dengan kapasitas 114 unit.
Hal tersebut diungkapkan salah satu petugas RSD Covid-19, dr. Nugroho. Ia menjelaskan tidak semua pasien Covif-19 bisa ditampung di situ.
“Sini khusus untuk ODP dan PDP ringan sedang, sementara untuk PDP berat ke RSUD Pandan Arang Boyolali. Berusia 15-60 tahun,” papar Nugroho.
Selain 18 kamar dengan 36 bed, Nugroho juga menjelaskan RSD yang terletak di Kampung Rejosari Kelurahan Kemiri Kecamatan Mojosongo tersebut memiliki beberapa fasilitas lain, dari ruang IGD, radiologi, ruang isolasi sampai ruang rawat inap. Secara keseluruhan RSD tersebut didesain kedap udara, hasil dari renovasi lantai satu rusunawa yang seluruhnya telah berlapis kaca.
Sampai saat ini, pihaknya yang didukung 123 tenaga medis telah merawat delapan pasien, yang merupakan rujukan dari puskesmas. Bukan hanya dari Boyolali, RSD itu juga tekah merawat pasien dari luar daerah.
“Mereka di sini bervariasi ada yang dua dan tiga hari. Selanjutnya mereka isolasi mandiri di rumah. Perkiraan ada lonjakan kasus pada akhir April nanti. Kalau semua dititipkan ke rumah sakit, sangat tidak cukup. Tapi semoga saja lonjakan itu bisa kita tekan,” tandasnya. (redaksi)