Penulis : Ninik Sukarni S.Pd. Kepala SDN Kauman 02
PENDIDIKAN menjadi salah satu upaya untuk memberikan bekal kepada seseorang agar siap menghadapi setiap perubahan yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jenjang pendidikan formal salah satunya adalah sekolah dasar. Sekolah dasar menjadi pondasi yang sangat bermanfaat untuk mencapai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Untari, 2013). Menurut (Wulandari, 2018) di era sekarang ini matematika menjadi sangat penting karena matematika terus berlanjut dari masa ke masa dan dijadikan sebagai alat untuk memecahkan masalah secara riil.
Pada kurikulum pendidikan nasional, matematika telah direkomendasikan oleh pemerintah untuk menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan kepada siswa sekolah dasar sampai sekolah menengah dalam rangka pembentukan SDM yang berkualitas. Matematika menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang dapat melatih siswa dalam berpikir secara logis dan kritis. Maka dapat disimpulkan bahwa matematika menjadi suatu hal yang penting dalam kehidupan seseorang.
Untuk dapat mengembangkan pola pikirnya dalam memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari- hari, matematika menjadi suatu mata pelajaran yang perlu dilakukan siswa dalam pembelajaran (Rostika & Junita, 2017: 35). Pada pembelajaran matematika, siswa tidak hanya diajarkan untuk menghafalkan rumus-rumus saja, akan tetapi siswa juga harus dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu dalam matematika untuk meyelesaikan permasalahan dalam sehari-hari. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa matematika merupakan dasar ilmu universal yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari.
Pemecahan masalah merupakan sarana siswa untuk memahami, merencanakan, memecahkan, dan meninjau kembali solusi yang diperolehnya melalui strategi yang bersifat non rutin (Nur & Palobo, 2018: 140). Siswa dapat menggunakan berbagai macam strategi untuk bisa menemukan solusi yang sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Matematika menjadi salah satu pelajaran yang diberikan kepada siswa dengan tujuan agar dapat melatih pola piker untuk memecahkan masalah.
Pernyataan ini sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran matematika salah satunya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaiakn model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
Salah satu model yang digunakan dalam pemecahan masalah matematika adalah model Polya. Polya merupakan salah satu mokdel pembelajaran yang di dalamnya membahas tentang pemecahan masalah. Polya terkenal dengan empat langkahnya dalam memecahkan masalah. Menurut Polya (dalam Ariani & Kenedi, 2018: 26) terdapat empat langkah yang harus dilakukan dalam memecahkan suatu masalah, yaitu: (1) pemahaman masalah, (2) perencanaan penyelesaian, (3) pelaksanaan rencana penyelesaian, dan (4) pengecekan kembali kebenaran penyelesaian. Maka, dengan menggunakan model polya akan memungkinkan siswa dalam memperoleh pengalaman, menganalisis suatu permasalahan, dan menyelesaikan permasalahan tersebut.
Pada sekolah dasar kelas V, salah satu pokok bahasan yang harus diajarkan adalah pecahan. Menurut Depdikbud dalam (Heruman, 2013: 43) menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan.
Materi pecahan dianggap sulit karena memerlukan pemahaman yang lebih untuk memahaminya. Dalam materi pecahan siswa dapat menemukan berbagai macam alternatif jawaban dan cara penyelesaian. Selain itu, pecahan juga dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu, materi pecahan salah satu materi yang tepat digunakan oleh siswa dalam memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti pada tanggal 4-7 April 2022 pada siswa kelas V SD Negeri Kauman 02, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, maka dapat disimpulkan bahwa diperoleh 4 kriteria/kategori keterampilan pemecahan masalah siswa pada materi pecahan, yaitu: (1) Keterampilan pemecahan masalah siswa dengan kategori baik sekali sebanyak 2 orang siswa atau 14,3%, (2) Keterampilan pemecahan masalah siswa dengan kategori baik sebanyak 4 orang siswa atau 28,6%, (3) Keterampilan pemecahan masalah siswa dengan kategori cukup sebanyak 3 orang siswa atau 21,4%, dan (4) Keterampilan pemecahan masalah siswa dengan kategori kurang sebanyak 5 orang siswa atau 35,7%.
Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa profil keterampilan pemecahan masalah matematika dan pencapaian pada setiap tahapan pemecahan masalah siswa pada materi pecahan kelas V SD Negeri Kauman 02 sebagian besar masih kurang. (*)