*oleh Sidowati dari TK Al Fatah Kemuning, Kramat, Kabupaten Tegal, Jateng
Yan Yan Nurjani, Endah Jubaedah (2020) Van Hiele menyatakan terdapat lima tahap belajar geometri pada anak, di antaranya adalah tahap pengenalan, tahap analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi, dan tahap akurasi. Belajar mengenal bentuk-bentuk geometri membantu anak untuk memahami, menggambarkan, dan mendeskripsikan benda-benda yang ada di sekitarnya. Dalam mengenal bentuk geometri, secara tidak langsung anak dapat mengenal dan berpikir matematis logis. Berpikir matematis logis merupakan kemampuan berpikir secara rasional (Tarigan, 2006).
Kemampuan dasar geometri anak di antaranya pertama, tahap penguasaan konsep, dimulai dengan mengenalkan konsep atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda-benda yang nyata, seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan. Selain itu, guru juga harus mengetahui strategi dalam mengenalkan geometri kepada anak.
Startegi seperti mengenalkan geometri pada anak dapat diawali dengan cara mengenalkan lengkung, misalnya lengkungan tertutup, lengkungan terbuka daerah lengkungan, lengkungan sederhana dan lainnya (Tarigan, 2006).
Berdasarkan hasil beberapa penjelasan di atas, peneliti ingin menggali lebih jauh tentang kecerdasan logis anak yang difokuskan pada pengenalan geometri. Pembelajaran pada anak usia dini untuk menstimulasi kreativitas dilakukan melalui berbagai program yang bervariasi. Pembelajaran yang dipersiapkan untuk menyongsong anak-anak untuk menghadapi abad 21 diantaranya adalah Pembelajaran mengenalkan bentuk geometri dengan menggunakan media Puzzle.
Menurut Karnita,dkk (2022) dalam Ismail (dalam naskah publikasi ilmiah Nurvita, 2014:1) bahwa puzzle merupakan permainan yang menyusun suatu gambaran atau benda yang telah dipecahkan dalam beberapa bagian.
Dengan menggunakan puzzle anak lebih mudah memahami dalam memaparkannya dalam lingkungan. Bukan hanya alat permainan edukatif puzzle yang dibutuhkan anak dalam meningkatkan kemampuan bentuk geometri peran guru dan proses pembelajaran yang dilakukan guru juga berpengaruh pada kemampuan anak dalam mengenal geometri dalam ligkungan.
Cara memainkannya yaitu memisahkan kepingan–kepingan yang kemudian dipisahkan lalu digabungkan kembali dan terbentuk menjadi sebuah gambar yang utuh. Puzzle adalah permainan edukatif yang bisa digunakan oleh anak untuk belajar sambil bermain. Puzzle adalah permainan yang digunakan untuk melatih konsentrasi dan meningkatkan daya ingat anak (Pangastuti, 2019:52-53).
Menurut Ratna Pangastuti (2019) Puzzle merupakan model teka-teki dengan bentuk menyusun potongan-potongan gambar menjadi kesatuan gambar yang utuh. Selain itu puzzle adalah permainan yang sangat popular, terutama dikalangan anak-anak. Pada umumnya gambar yang digunakan adalah gambar kesuka anak-anak seperti kartun, angka, buah, mobil, hewan, dan lain sebagainya.
Puzzle adalah permainan yang menarik bagi anak. Sebab, pada dasarnya ia menyukai bentuk gambar dan warna yang menarik, pada awalnya ia mungkin mencoba menyusun gambar puzzle tanpa petunjuk (Jatmika, 2012).5 Dengan sedikit arahan dan contoh, maka dia dapat mengembangkan kemampuan sosial (kerja sama) dengan cara mencoba menyusun bentuk, warna atau logika bersama teman-temannya.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Inggris-Indonesia “puzzle berarti memecahkan teka-teki”. Maka yang dimaksud puzzle adalah sebuah permaian atau media yang pada umumnya berupa teka-teki potongan bentuk yang nantinya akan dirangkai menjadi sebuah kesatuan yang utuh.
Dalam permainan puzzle, ada beberapa aturan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan berbagai jenis puzzle. Kemudian, tuntunlah anak dengan memberikan kebebasan kepadanya untuk memilih gambar dan jenis puzzle yang disukai.
2. Setelah anak-anak memilih jenis puzzle sesuai kesukaannya, tuntunlah mereka dengan menanyakan bentuk dan gambar yang mereka pilih. Misalnya, puzzle geometri. Rangsang anak sambil berdilog.
3. Setelah itu, anak memasang dan mencocokkan kembali satu per satu kepingan hingga menjadi suatu bentuk utuh.
4. Tantanglah anak untuk melakukannya lebih cepat dan lebih cepat lagi.
5. Terakhir, ucapkan terimakasih dan berikanlah pujian pada anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puzzle adalah alat permainan edukatif dengan membongkar pasang suatu gambar untuk membentuk suatu gambar yang utuh. Dengan puzzle anak mampu mengaplikasikan pengetahuannya tentang bentuk geometri kedalam gambar. Kemudian dengan puzzle angka juga mudah memahami bagaimana bentuk sebenarnya dari geometri tersebut.
Melalui permainan puzzle dapat melatih ketangkasan jari anak, anak dapat mengkoordinasi mata dan tangan, mengasah otak anak untuk berpikir, anak mampu mencocokkan bentuk geometri, melatih kesabaran anak, dan anak mampu memecahkan masalahnya sendiri.(*)
Pembelajaran yg dg konsep selalu menghasilkan pembelajaran yg tepat buat anak usia dini…. Selamat dan semangat selalu buat ibu sidowati