*Oleh Muhammad Tri Wahyu Siswanto, S.Pd. SMKN 3 KENDAL
Menurut KBBI ibadah merupakan perbuatan atau pernyataan bakti terhadap Allahatau Tuhan yang didasari oleh peraturan agama. Ibadah juga berarti segala usaha lahir dan batin yang sesuai dengan perintah agama yang harus dituruti oleh pemeluknya. Secara umum, ibadah juga dapat diartikan sebagai upacara yang berhubungan dengan agama. Pengertian ibadah didasari oleh kesadaran beragama pada manusia yang membawa konsekuensi manusia itu melakukan penghambaan pada Tuhannya.
Sedangkan menurut syar’a, ibadah mempunyai beberapa pengertian yang mencakup taat kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya, merendahkan diri kepada Allah SWT dengan ketundukan yang disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi, serta segala perilaku yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Terdapat banyak sekali macam-macam ibadah, seperti Ibadah Qolbiyyah, Ibadah Qauliyah, Ibadah Amaliyyah dan Ibadah Maaliyyah. Beribadah tidak hanya dilakukan di waktu tertentu saja, namun semua yang kita lakukan dari bangun tidur hingga tertidur sudah di atur dalam agama. Misalkan Istighfar, berdo’a bangun tidur, berdo’a sebelum makan dan masih banyak ibadah yang lainnya yang bahkan kadang kita tidak tersadar bahwa pada dasarnya kita sedang melaksanakan salah satu ibadah.
Sikap disiplin adalah rasa ketaatan dan kepatuhan terhadap nilai- nilai yang dipercaya dan menjadi tanggung jawabnya. Dengan kata lain, disiplin adalah rasa kepatuhan terhadap aturan atau pengawasan dan pengendalian. Disiplin adalah upaya untuk memberikan suatu objek rasa nilai atau obsesi untuk menaati aturan.
Setiap orang belum tentu memiliki kedisiplinan, bahkan pada dirinya sendiri. Pada dasarnya disiplin adalah sikap yang baik, namun belum tentu setiap orang bisa memiliki sikap disiplin, seperti disiplin waktu, disiplin ilmu dan sebagainya. Dalam praktiknya sikap disiplin dibutuhkan di setiap aktivitas kita, mulai dari ibadah, sekolah, masyarakat, pekerjaan, bahkan disiplin terhadap diri kita sendiri.
Meredanya kasus Covid-19 membuat peserta didik diperbolehkan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka di kelas, termasuk kegiatan pembelajaran di SMK tempat saya mengajar. Bukan hal yang asing ketika guru pengajar menanyakan kabar, kondisi kesehatan, sudah makan atau belum, dan sudah sembahyang/beribadah atau belum. Tak jarang banyak peserta didik yang menjawab belum melaksanakan ibadah meskipun ia mendengar adzan.
Dari sini bisa kita ketahui bahwasanya adanya indikasi peseta didik tidak disiplin dalam hal pelaksanaan ibadah. Padahal seperti yang kita tahu bahwa sholat adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim, dengan adanya peserta didik muslim yang tidak melaksanakan kewajiban saya merasa perlu mencari tahu latar belakang yang menjadikannya bertindak seperti itu, selain itu saya merasa perlu mencari tahu kebiasaan ibadah peserta didik baik yang muslim maupun non-muslim.
Namun karena saya saat itu mengajar di kelas yang semua peserta didik beragama Islam, saya mencoba menanyakan kenapa mereka tidak melaksanakan ibadah dengan pertanyaan yang menyangkut dengan ibadah agama Islam, untuk menggali lebih dalam alasan peserta didik.
Jawaban mereka sangat beragam bahkan ada yang malu dan tidak menjawab. Diantara jawaban mereka yakni merasa tidak diawasi orang tua Ketika berada di sekolah, ketika sebelum datang waktu beribadah malah memulai bermain game HP yang tidak jarang selesai 1 permainan dalam kurun waktu yang lama sehingga terlewatlah jam istirahatnya untuk bermain game dan langsung masuk ke pelajaran berikutnya, karena sungkan dengan guru mata pelajaran tersebut peserta didik dengan sengaja untuk tidak melaksanakan ibadah sholat.
Selain itu saya juga mencoba untuk menanyakan apakah kegiatan ibadah yang lain juga tidak dilaksanakan, seperti apakah sebelum makan berdo’a? jawab mereka “Berdo’a pak”, kalau setelah makan berdo’a atau tidak? Dan jawaban mereka serentak “tidak pak”. Saya pun penasaran dengan apa saja ibadah yang anak-anak lakukan kemudian saya Kembali bertanya “lalu ibadah apa saja yang kalian lakukan?” jawab mereka bergantian “sholat pak kalau ingat, berdo’a sebelum belajar pak, puasa pak” saya pun seketika merespon “untuk yang laki-laki, puasanya apakah full ketika Ramadhan?” jawab mereka beragam ada yang full dan ada juga yang bolong-bolong dengan alasan tidak kuat dengan godaan ajakan teman.
Karena hal tersebut saya berinisiatif untuk menggali lebih dalam mengenai faktor yang menjadi penyebab kebiasaan beribadah peserta didik seperti di atas. Setelah melakukan wawancara kepada beberapa peserta didik terutama dominan mewawancarai peserta didik laki-laki, saya mendapatkan beberapa kesimpulan utama yang menjadi faktor penyebab peserta didik tidak melaksanakan ibadah secara baik.
Yang pertama adalah faktor dari lingkungan keluarga, kurangnya peran dari orang tua sebagai pembiasa dan pemberi contoh untuk melaksanakan ibadah serta kurangnya pemahaman orang tua dalam ilmu agama menjadi faktor pertama yang mempengaruhi kebiasaan beribadah. Contohnya adalah orang tua menyuruh anak untuk melaksanakan ibadah, namun orang tua tidak memberikan contoh untuk melaksanakan ibahad itu sendiri. Seperti orang tua menyuruh anak untuk mengaji, namun orang tua tidak pernah mengajari atau mendampingi atau mengajak anak untuk mengaji bersama akan membuat anak merasa ia selalu disuruh-suruh untuk melakukan hal yang orang tuanya tidak lakukan.
Yang kedua adalah faktor dari lingkungan peserta didik tinggal, tempat tinggal peserta didik tidak memiliki sarana untuk melaksanakan berbagai aktifitas ibadah seperti tidak adanya TPQ atau TPQ sangat jauh dari tempat peserta didik, ada masjid namun tidak adanya pengajar agama, dan tinggal di lingkungan yang jauh dari kegiatan berbau agamis.
Yang ketiga adalah faktor dari lingkungan pertemanan peserta didik, lingkungan pertemanan atau pergaulan peserta didik sangat berpengaruh terhadap perilaku mereka. Ketika lingkungan pertemanan perserta didik baik maka ia juga akan menjadi baik, namun jika lingkungan peserta didik tidak baik maka ia juga akan menjadi tidak baik. Sama halnya jika peserta didik berteman dengan di lingkungan pertemanan yang selalu mengajak untuk beribadah dan mengingat serta mendekatkan diri kepada Allah atau Tuhan, maka ia juga akan mengikuti lingkungan pertemanannya itu agar lebih dekat kepada Allah atau Tuhan.
Dari ketiga kesimpulan hasil wawancara tersebut, Guru BK berinisiatif untuk memberikan layanan bimbingan Klasikal dengan topik Tips Meningkatkan Disiplin Beribadah dengan harapan peserta didik mampu meningkatkan tingkat ibadahnya masing-masing. Selain itu Guru BK bekerjasama dengan Guru Agama agar adanya peningkatan kualitas disiplin beribadah peserta didik. Membuat anak disiplin beribadah tidak bisa dilakukan jika hanya Guru saja yang mengingatkan, dan memberikan motivasi untuk disiplin beribadah. Perlunya kerjasama dengan orang tua dan berbagai pihak untuk dapat meningkatkan kesadaran peserta didik dalam melaksanakan ibadah.
Selain itu perlunya meningkatkan kesadaran peserta didik itu sendiri. Hal tersebut bisa dilakukan dengan membuat lingkungan yang semuanya selalu mengingatkan atau menegur untuk melaksanakan ibadah seperti mengingatkan berdo’a setelah makan, berbuat baik kepada orang lain, selalu tersenyum, membantu teman yang sedang kesulitan, dan masih banyak yang lainnya.(*)