SEMARANG – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah akan mensinkronkan data orang terjangkit virus corona (covid-19). Sehingga potensi kesenjangan data antar wilayah kabupaten/kota di Jateng bisa ditekan.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo mengatakan, pemasukan data (input) hingga saat ini masih dilakukan oleh petugas masing-masing wilayah.
“Tentu sangat bergantung pada (proses) input data. Misal data provinsi diinput jam dua siang (pukul 14.00), kabupaten jam empat sore (pukul 16.00). Kedua admin sangat menentukan. Kemudian mereka memasukan data di sistem yang berbeda, misal kita pakai corona.jatengprov.go.id, sementara itu pusat dan daerah beda lagi,” ucap Yulianto.
Ia menyebut, telah meminta izin dengan pemerintah pusat untuk melakukan bridging data. Hal itu dilakukan untuk meminimalisasi celah (gap) data. Pasalnya, input data antarwilayah masih menggunakan sistem informasi (laman) yang berbeda-beda, yang mengakibatkan adanya kesenjangan data.
Yulianto memberi gambaran, di Jateng sendiri data terkait corona tidak hanya dimiliki oleh Pemprov. Masing-masing kabupaten/ kota memiliki. Belum lagi, ratusan rumah sakit yang dijadikan rujukan.
“Ada 13 rumah sakit lini pertama, 45 RS lini kedua dan 144 RS lini ketiga, memunyai admin masing-masing, input datanya pun berbeda-beda (waktu). Oleh karena itu kita akan mem-bridging dari satu sistem ke sistem lain. Perbedaannya lebih ke situ, tidak ada maksud menyembunyikan. Namun hingga kini perbedaan data itu semakin tipis,” ujarnya.
Hingga Sabtu (25/4/2020) pukul 10.52 jumlah pasien positif Covid-19 di Jateng mencapai 586 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 452 orang dirawat, 70 orang dinyatakan sembuh dan 64 orang meninggal dunia.(IJD/IJL)