Batang, Infojateng.id – Rasanya belum lengkap jika tidak ada suguhan dari kolang kaling waktu buka puasa tiba. Buah atep ini sangat kaya kandungan karbohidrat, sehingga mudah kenyang dan menyegarkan ketika kita memakannya.
Bagi yang sedang menjalankan program diet, buah ini sangat cocok sekali untuk di konsumsi.
Kolang kaling atau buah atap berasal dari biji aren. Memiliki bentuk putih dan bentuknya pipih. Buah aren berdiameter sekitar 4 hingga 7 inci dan memiliki kulit berwarna hitam.
Jika bagian atas buah dibuang, maka akan muncul tiga rongga biji kolang kaling yang bening, berwarna putih pucat, dan memiliki rasa yang manis.
Hampir di setiap rumah menyajikan Kolang-kaling sebagai campuran dengan beragam varian menu, seperti es campur, kolak kolang kaling, es buah dan lainnya, yang tentu menyegarkan jika disantap saat berbuka puasa bersama keluarga.
Namun, lain halnya ketika cuaca dalam kondisi sejuk, seperti sekarang ini. Penjualan kudapan dari hasil olahan buah aren berdiameter sekitar 4 hingga 7 inci itu, justru mengalami penurunan drastis, dibandingkan tahun lalu yang cukup melejit.
Pedagang kolang kaling, Helmi mengatakan, cuaca sejuk yang terkadang masih diselingi dengan hujan walaupun intensitasnya rendah, berpengaruh pada berkurangnya jumlah pembeli.
“Kalau cuaca sangat panas seperti Ramadan tahun lalu, sangat laris, beda dengan tahun ini turun drastis. Puasa tahun kemarin omset penjualan kolang kaling bisa sampai Rp17 juta, tapi tahun ini cuma Rp5 juta per hari,” beber Helmi, saat ditemui di kiosnya, Pasar Batang, Kabupaten Batang, Rabu (29/3/2023).
Ada beberapa jenis kolang kaling yang dijual, di antaranya jenis Medan yang semula Rp13 ribu, Bandung Rp12 ribu dan lokal Rp10 ribu per kilogramnya. Namun Ramadan kali ini hampir rata-rata mengalami kenaikan sebesar Rp5 ribu per kilogramnya.
Konsumen didominasi oleh pedagang kecil yang akan dijual kembali dengan data beli 2-3 kilogram. Ada pula pembeli untuk konsumsi sendiri dengan jumlah tak begitu banyak.
Selain kolang kaling, Helmi juga menjual cincau dengan harga Rp3 ribu sampai Rp5 ribu untuk satu potong ukuran sedang. Mayoritas pembelinya adalah para pedagang es campur dan sup buah karena untuk keperluan menu takjil.
Salah satu pedagang es campur, Suti membeli bahan-bahan pelengkap untuk menu es campur lengkap dengan modal sampai Rp40 ribu.
“Saya beli kolang kaling, cendol sama cincau hitam. Harganya masih stabil dan saya jualannya pas puasa aja, jadi menyesuaikan keinginan konsumen yang mayoritas senangnya es campur,” kata Suti.
Berbeda dengan Wahyuni, ibu rumah tangga dari Klidang Wetan yang membeli kolang kaling dalam jumlah cukup banyak.
“Ini untuk stok di rumah kok. Karena kadang malas bolak-balik ke pasar. Dan keluarga juga senang menu kolak kolang kaling untuk berbuka jadi belinya sekalian 3,5 kilogram seharga Rp63 ribu,” ucap Wahyuni.
Rasa yang menyegarkan dari kolang kaling membuat semua penikmatnya tak bisa lepas dari menu yang satu itu, sebagai kudapan pelepas dahaga setelah berpuasa seharian. (eko/redaksi)