Jepara, infojateng.id – Peringatan Hari Kartini Ke-144 di Kabupaten Jepara diwarnai dengan kegiatan seminar bertema Semangat Kartini di Era Digital dalam Meningkatkan Ketahanan Keluarga. Acara tersebut dilaksanakan di Pendapa R.A. Kartini pada Kamis, (13/4/2023).
Hadir sebagai pembicara yaitu Lintang Ratri Rahmiaji seorang dosen dari Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro (FISIP UNDIP) dengan moderator Nasya Ahmad dari Radio Kartini Fm.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Jepara Edy Sujatmiko yang hadir mewakili Pj Bupati Jepara membahas bahwa dulu wanita itu konco wingking, namun berkat adanya perjuangan Kartini, kini wanita bisa sejajar dengan kaum laki-laki.
Utamanya saat ini, lanjut Sekda, dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dan revolusi 5.0 perempuan yang juga punya andil besar dalam menjaga ketahanan keluarga penting untuk menguasai perkembangan digital.
Ketahanan keluarga itu dibutuhkan untuk menghadapi ancaman dari luar tidak hanya ancaman pencuri tetapi ancaman segala hal.
“Semua itu adalah karena digitalisasi. Semua karena teknologi, untuk itu harapan kami betul-betul bisa terwujud tidak hanya kegiatan seminar, upacara yang seremonial, tapi harapan kami, ayo digital kita manfaatkan untuk keutuhan keluarga untuk keharmonisan keluarga termasuk juga dengan tetangga kita saling asah asuh dan silaturahmi dengan adanya teknologi,” jelas Edy.
Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Muh. Ali dalam laporannya mengatakan bahwa 49% penduduk Jepara adalah perempuan.
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2015 Tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Daerah, saat ini Jepara sudah memperhatikan kontribusi perempuan dalam pembangunan daerah.
Maka dari itu, tujuan diadakan seminar tersebut salah satunya memberikan semangat bagi kaum perempuan dalam menghadapi persoalan dalam keluarga utamanya di era digital.
“Perempuan punya peran yang sangat besar untuk mendidik, membesarkan, dan mengelola rumah tangga. Maka harus kreatif, produktif dalam situasi apapun. Perempuan perlu berkarya namun tidak meninggalkan kodratnya sebagai seorang perempuan karena perempuan punya naluri mendampingi suami dan mengasuh anak-anak dengan bai,” papar Ali.
Sementara itu Akademisi dari FISIP UNDIP mengatakan bahwa saat ini, penyebaran paham-paham seperti radikalisme bisa dilakukan melalui sosial media, misalnya Tiktok, Telegram, dan Instagram Live.
Menurutnya, banyak persoalan-peroalan digital yang jika tidak dipahami orang tua maka akan tertinggal. Apabila orang tua tidak mengejar ketertinggalan menguasai digitalisasi maka itu menjadi hal yang berbahaya karena anak-anak tidak lagi bertanya pada orang tua Ketika mereka tidak tahu.
“Anak anak kita adalah anak anak digital, untuk itu ibu-ibu harus paham juga dengan digital. Kalau tidak kita akan kehilangan cara mendekatkan diri dengan keluarga,” jelas Lintang. (eko/redaksi)