KEBUMEN – Pandemi Covid-19 yang melanda saat ini berdampak pada berbagai sektor kehidupan, termasuk sektor seni dan budaya. Setidaknya ini yang dirasakan oleh seniman wayang kulit, Ki Dalang Langgeng Hidayat.
Saat ditemui di kediamannya di Dukuh Serang RT 1 RW 1 Desa Rangkah, Kecamatan Buayan, Selasa (5/5/2020), Langgeng Hidayat menuturkan dengan adanya pembatasan sosial dan pembatasan fisik maka kegiatan yang melibatkan banyak orang tidak diperbolehkan.
Hal itu mengakibatkan order pentas wayang yang sebelumnya sudah dijadwalkan terpaksa dibatalkan.
“Untuk bulan April, lima job (pekerjaan) dibatalkan sedangkan untuk bulan Mei ini (ada) delapan job juga telah dibatalkan,” ungkap Ki Langgeng.
Selain Ki Langgeng, sebanyak 60 orang kru yang selama ini membantu pementasan wayang juga ikut merasakan imbasnya. Namun, pembatalan pentas tidak lantas mengendurkan semangat Ki Langgeng untuk berkarya. Ia justru memanfaatkan waktunya yang luang untuk membuat wayang.
Di pendapa rumahnya, setiap hari Ki Langgeng bersama sejumlah anak buahnya menyulap kulit lembu atau kerbau menjadi wayang, sebuah karya seni adiluhung.
Menurut Ki Langgeng, proses pembuatan wayang cukup rumit, dimulai dari membuat pola karakter wayang alias ngemal pada lembaran kulit yang telah dikeringkan, memahatnya mengikuti garis pola, hingga mewarnai wayang sesuai pakem atau nyungging. Proses tersebut bisa memakan waktu rata-rata satu minggu, tergantung pada tingkat kerumitan wayang.
Gunungan merupakan salah satu karakter wayang yang cukup lama dikerjakan karena tingginya tingkat kesulitan saat membuatnya.
Ki Langgeng juga menyampaikan harapannya agar masyarakat tetap bersabar, waspada, selalu menjaga kesehatan, serta selalu berdoa sesuai keyakinan agar pagebluk pandemi Covid-19 ini segera berakhir.
Kepala Seksi Komunikasi dan Pengembangan Media Alternatif Diskominfo, Agung Hariadi, mengharapkan para seniman tradisional tetap berkarya di tengah pandemi Covid-19. Sisi-sisi kreatif di luar kegiatan inti diharapkan bisa muncul.
“Dalang Ki Langgeng bisa dijadikan contoh seniman lain. Harus ada kegiatan lain sebagai alternatif,” terang Agung.
Agung mengaku mendapat keluh kesah dari beberapa dalang yang ada di Kebumen. Beberapa diantaranya menceritakan ‘tanggapan’ pertunjukan wayang dibatalkan sejak April yang lalu. Tak pelak, hal itu berdampak pula pada para kru, yakni para seniman lain yang biasanya berkolaborasi dengan dalang, seperti sinden, pengrawit, serta kru teknis. Jumlah mereka bisa mencapai 50-an orang.
Senada, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika yang juga sekaligus Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Kebumen, Cokro Aminoto juga mengimbau para seniman untuk tetap membuat kreasi bernilai ekonomi, seperti membuat wayang, memberi kursus dalang atau berpidato dalam bahasa Jawa (pamedhar sabda). Bisa juga dengan menjadi nelayan atau tukang, sehingga mereka bisa memperoleh penghasilan di luar pementasan.(IJL)