Salatiga, infojateng.id – Sudah 18 tahun Ganjar berlangganan menyembelih sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Salatiga.
Memiliki sertifikat halal dan higienis, membuat kualitas daging yang dijualnya dinilai tinggi oleh para juragan daging di “Kota Toleransi” itu.
Suasana gelap masih membekap udara dingin Kota Salatiga. Ganjar yang berprofesi sebagai blantik atau penjual sapi datang menggunakan mobil pikap ke RPH Salatiga, Jumat (2/6/2023).
Mobil bak yang mengangkut dua ekor sapi berbobot lebih kurang 200 kilogram itu, ia arahkan menuju kandang untuk diperiksa kesehatannya sebelum disembelih.
Sebagaimana pagi-pagi sebelumnya, Ganjar yang datang sekitar pukul 03.30 WIB itu, lantas menyapa akrab petugas RPH yang sedari pukul 01.00 WIB sudah menjagal enam ekor sapi. Hari itu, rencananya ada 10 sapi yang akan dipotong.
Tak perlu waktu lama bagi sapi-sapi milik Ganjar untuk dipotong. Setelah dinyatakan sehat oleh dokter hewan, sapi lantas digiring menuju tempat penyembelihan.
Dengan menggunakan alat perebah sapi, hanya perlu hitungan menit sapi-sapi itu menghadapi penjagal dan dieksekusi menjadi karkas.
Meski berasal dari Getasan, Kabupaten Semarang, Ganjar mengaku lebih mantap memilih menggunakan jasa RPH Salatiga.
“Saya sudah 18 tahun menyembelihkan sapi di RPH Kota Salatiga. Memuaskan. Bersih kalau di sini, juga menguntungkan,” ucap Ganjar.
Selain higienitas, Ganjar mengaku dengan sertifikasi halal yang diterima tempat itu, lebih memudahkannya dalam menjual daging. Hal itu berimbas pula pada harga jual daging yang tinggi.
“Sangat memuaskan, yang memiliki surat halal hanya Salatiga. Misalnya kalau beli harga sapi Rp25 juta, ya bisa (harga jual) Rp25,5 juta, sampai Rp25,6 juta gitu,” bebernya.
Sementara itu Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Salatiga Henni Mulyani menuturkan, sejak memiliki sertifikat halal dan Nomor Kontrol Veteriner (NKV), berdampak pada kepercayaan masyarakat.
Ini dibuktikan, lanjutnya, dengan banyaknya warga yang memercayakan penyembelihan hewan ke instansi tersebut.
“Kepercayaan masyarakat meningkat. Ini terbukti pada 2020-2021, peningkatan penyembelihan 14 persen dari dalam kota, yang luar kota itu ada 2 persenan dengan meningkat tiap tahun. Makin masyarakat tahu ber-NKV, halal, makin banyak yang datang ke sini,” jelas Henni, Jumat dini hari.
Kepercayaan diperoleh bukan hanya dari blantik, juga dari banyak instansi seperti sekolah, produsen roti, dan pengusaha abon.
Menurut Henni, tidak lepas dari komitmen Pemkot Salatiga agar warganya memeroleh kualitas daging yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal), serta memenuhi peraturan menteri pertanian.
Kebijakan itu juga didukung Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen, dan Disnakkeswan Provinsi Jawa Tengah.
“Alhamdulillah selama ini Kota Salatiga mendapatkan perhatian dari provinsi. Kita tidak ditinggalkan, misalnya dalam pemenuhan persyaratan (sertifikasi) ada hal yang belum bisa penuhi, nah solusi selalu diberikan. Itu poin penting,” imbuhnya.
Ia berharap, agar ke depan semakin banyak RPH milik pemerintah yang memiliki sertifikat halal dan NKV. Ini menurutnya sebagai poin penting dalam melayani masyarakat agar mendapat daging berkualitas.
Selain tempat yang representatif, tambahnya, di RPH Kota Salatiga juga tersedia Juru Sembelih Halal sebanyak lima orang, ada pula lima kir master, dan enam dokter hewan.
“Mereka bertugas untuk memastikan kesehatan hewan dan penatalaksanaan penyembelihan, sesuai dengan kesejahteraan hewan,” tandasnya.
Seperti diketahui, Pemprov Jateng tengah mengakselerasi sertifikasi halal Rumah Potong Hewan (ruminansia dan unggas).
Berdasarkan data Disnakkeswan Jateng hingga Mei 2023, dari 78 unit jumlah RPH, yang bersertifikasi halal (dan sertifikat NKV) ada 10 unit. Sedangkan RPU dari 50 unit, sudah ada 33 unit bersertifikat halal.
Hingga Mei 2023, pengajuan pendampingan sertifikasi NKV dan halal terus bertambah.
Tercatat, sudah ada empat kabupaten yakni Sukoharjo, Kudus, Jepara dan Brebes, yang mengajukan untuk proses pendampingan sertifikasi NKV dan halal. (eko/redaksi)